Lihat ke Halaman Asli

Alternatif Selain Gadget Saat Ibu "Rapat" atau Arisan

Diperbarui: 12 Agustus 2015   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: www.pixabay.com"][/caption]

Memberikan smartphone atau tablet kepada anak kini semakin lumrah, bukan hanya sebagai alat komunikasi saat orang tua jauh dari  anaknya, namun juga  "senjata ampuh" untuk menenangkan anak balita saat mereka ikut acara orang tua, di mana orang tua tak mau diganggu.

Beberapa ibu mungkin sudah mengamankan gadget dengan berbagai proteksi, supaya tidak membuka halaman sembarangan. Beberapa orang tua juga mungkin sudah memberikan rambu-rambu, mana permainan yang boleh dimainkan dan mana yang tidak. Namun yakinkah kita, rasa penasaran anak hilang saat rambu-rambu sudah dijelaskan? Bukankah di saat ibu larut mengobrol, konsentrasi untuk mengawasi seringkali hilang, dan anak-anak, dengan "cerdas" biasanya memanfaatkan hal itu.

Bagi para ibu yang masih menyimpan rasa khawatir tentang gadget, sebenarnya ada alternatif lain yang bisa dipilih untuk "menenangkan" anak-anak. Beberapa komunitas orang tua yang pernah saya lihat, mencontohkan pilihan yang menarik.  Ketika mereka mengadakan sebuah pertemuan, yang terlebih dulu dipertimbangkan adalah pemilihan tempat. Apakah ada ruang lain, selain ruang rapat, yang bisa dipakai untuk anak-anak atau "kids corner" (istilah kerennya). Anak-anak tak boleh hanya dianggap subordinat orang dewasa. Mereka harus menjadi bagian yang juga perlu dipenuhi haknya. Tak hanya bengong menunggu, namun juga bisa beraktivitas.

Apa yang Dihadirkan di "Kids Corner"?

 Saat orang tua "bersosialisasi" dalam rapat, kesempatan ini juga bisa digunakan anak-anak untuk belajar berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak-anak dikelompokkan berdasarkan usia. Mereka bisa diberi pilihan kegiatan yang beragam. Seorang relawan pun disiapkan untuk memandu anak-anak. Mereka mungkin menggambar bersama, membaca buku (reading aloud), mendongeng, memasak, bermain bola, bermain scramble, membuat prakarya, dan lain sebagainya.

Sulitkah? Sepertinya itu tergantung filosofi parenting setiap orang tua. Ada yang menganggapnya sulit dan lebih memilih yang instan, yaitu gadget. Namun mereka yang memilih bersusah-susah seperti komunitas yang saya lihat, nampaknya sudah menimbang, kesulitan itu akan terbayar oleh nilai positif yang  diperoleh anak.

Sepulang rapat atau arisan, anak-anakpun bisa membawa karya mereka, punya celotehan baru tentang dongeng yang mereka dengar, atau makanan yang sudah dimasaknya, dan mungkin juga lebih cepat tidur di rumah karena energinya sudah terkuras untuk bermain bola. 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline