Lihat ke Halaman Asli

Si Bungsu Belajar Sosial Emosional Learning

Diperbarui: 21 April 2020   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Twitter/kelaspintar_id

aku lahir dari keluarga yang sederhana, sebelum aku lahir keluargaku melarat. Namun ayah dan ibu selalu berusaha agar kehidupan kita berubah menjadi lebih baik. Berjualan disamping ayah mengaja, ibu menjahit baju orang orang. Dan kaka yang selalu dirumah agar tidak jajan.

Semua itu ibu ceritakan kepadaku pada saat desa kami sedang mati lampu. Didepan teras sambil berada dipangkuan ibu, beliau bercerita banyak hal sebelum aku lahir. Aku mempunyai 3 saudara, dua kakak perempuan dan satu laki laki. 

Pada kisah pertama yang ibu ceritakan adalah ibu dan ayah dulu sangat tidak berkecukupan. Tinggal disebuah rumah sempit namun ngontrak karena tugas ayah yang berada jauh dari rumah membuat ayah dan ibuku mengontrak dekat dengan pekerjaan ayah. 

Mereka tidak punya begitu banyak uang saat itu, ayah yang berprofesi jadi guru waktu itu tidak begitu cukup untuk menghidupi keluargaku. Akhirnya ibu berjualan kue setiap menjelang hari raya. Pada saat ibuku hamil kakakku yang kedua, beliau kemudian menetap dirumah orang tuanya diluar kota. 

Mbah putriku sakit, yang mengharuskan ibuku pergi kerumah lama untuk merawat mbah putri. Semua lika liku kehidupan ibu dijelaskan dengan detail pada malam itu. Aku merenung sejenak, sangat bersyukur ketika aku lahir kondisi keluargaku sudah mulai membaik.

Hingga Allah lebih sayang Ibuku, dan aku kehilangan ibuku. Kondisi masih disekolah dan aku dijemput untuk pulang. Dirumahku sudah ramai orang. Aku menangis disana, bagaimana kelanjutan hidupku tanpa ibu? Hidupku kacau setelahnya, musibah datang secara berlangsungan. Aku tak bisa membicarakannya disini. 

Pada intinya aku sangat kacau. Sempat mengalami depresi namun tidak sampai berlebihan. Aku bisa mengatasinya sendiri. Aku coba ikhlaskan satu persatu. Mengatur kembali emosiku yang meluap luap. Jika di ingat ingat pada saat itu musibahnya komplit. 

Semua terkena imbas, hingga untuk sekedar curhat ke saudara saja rasanya seperti aku menambah masalah mereka. Hingga semua saling menguatkan sendiri sendiri dan saling berusaha mengatur secara ekstra emosiku sendiri. Ternyata dibalik musibah itu aku bisa melanjutkan hidupku.

Aku banyak mengambil pelajaran disana. Setiap masalah yang aku hadapi selalu aku pelajari. Aku tak tau mengapa. Namun berada sampai sekarang membuatku kagum pada diriku sendiri namun lantas tak membuatku sombong. Mungkin orang lain jika diposisiku akan mengalami depresi yang berlebihan, tapi aku tidak. 

Aku mempelajari Dari sikap dan sifat setiap kakakku yang berbeda beda, menghadapi masalah dengan berbeda. Aku melakukan pengamatan setiap tindakan apa yang mereka lakukan. Mempelajari untuk menentukan bagaimanan seharusnya aku bertindak. Setiap hari,  apapun kegiatannya, semua itu bermanfaat. 

Dari emosi, tingkah laku apapun itu aku selalu akan berfikir agar nantinya aku tidak seperti mereka yang salah. Kata orang aku adalah pengamat yang baik, tapi untuk melakukan itu semua belum tentu aku bisa lakukan. Memang benar. Mempunyai tiga saudara membuatku menjadi sosok adik yang selalu melihat kakaknya untuk lebih baik kedepannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline