Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Falsafah Bertetangga bagi Masyarakat Aceh

Diperbarui: 21 Oktober 2022   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pariwisataindonesia.id

Dalam kehidupan orang Aceh, hidup bertetangga layaknya hidup bersaudara. Nilai kesopanan dalam bertetangga juga dijaga dengan baik dengan kerap bertatap sapa dan saling mengunjungi ketika ditimpa musibah.

Pada umumnya, masyarakat Aceh sangat menjaga hubungan keakraban dengan tetangga sebelah, depan dan belakang rumah. Satu alasan pasti yaitu peran tetangga sangat dibutuhkan dalam beberapa acara adat, semisal perkawinan, acara tujuh bulanan, dll.

Sejauh observasi saya, dalam beberapa aspek kehidupan tetangga memiliki fungsi kedua setelah saudara dekat. Prosesi perkawinan tidak terlepas dari saling bantu antar tetangga, begitu juga saat ditimpa musibah.

Memang tradisi saling membantu ini sedikit demi sedikit sudah mulai bergeser pada kehidupan perkotaan, dimana rumah-rumah mulai lebih kecil dan halaman tidak seluas dulu. Walaupun demikian, nilai kesopanan dalam bertetangga masih tetap dipegang kuat.

Dulunya, masyarakat Aceh pada umumnya memiliki rumah dengan halaman luas di kampung-kampung. Ketika ada acara, hampir semua masyarakat berkecimpung saling membantu. 

Bukan hanya itu, dalam budaya Aceh nilai persaudaraan dengan saling membantu dalam kehidupan bertetangga sangatlah krusial. Di beberapa tempat malah masyarakat akan mengumpulkan uang untuk membantu keluarga yang tidak mampu.

Pernah saya mendengar cerita seorang saudara yang melakukan acara sunatan untuk anaknya, pada saat itu masyarakat berinisiatif untuk membantu dengan mengumpulkan uang seikhlasnya. Alhasil, uang yang dikumpulkan  bahkan sampai jutaan. Padahal, si pemilik hajatan malah sudah mengatakan bahwa iya akan mempersiapkan semuanya.

Bagi orang Aceh, membantu seseorang adalah sebuah kewajiban, apalagi tetangga sebelah rumah yang sedang ditimpa musibah. Kehidupan masyarakat Aceh tidak pernah terlepas dari nilai-nilai adat yang melekat erat.

Sebagai contoh, ada nilai yang disebut "peumulia jamee" yang bermakna memuliakan tamu. Jadi, jangan heran jika berkunjung ke Aceh dan di undang ke rumah hidangan yang diberikan terkesan mewah.

Ini bukan melambangkan masyarakat Aceh itu kaya-kaya, namun nilai memuliakan tamu itu masih dipegang kuat sampai saat ini. Walaupun tuan rumah jarang makan ayam, ia akan mencari ayam untuk memuliakan tamu yang datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline