Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Selamat Hari Bahasa Ibu 21 Februari 2020

Diperbarui: 22 Februari 2020   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pixabay

Tanggal 21 Februari diperingati sebagai hari bahasa Ibu,  maka hari ini saya menulis beberapa artikel  dengan bahasa ibu yang saya miliki yaitu bahasa jawa.

Sebenarnya saya berharap ada kawan-kawan dari seluruh pelosok tanah air membuat artikel dengan bahasa daerah masing-masing  syukur-syukur dilengkapi translate,  tapi ternyata hanya keinginan semu.  Karena yang menulis dengan bahasa daerah hanya saya dan Mbah Ukik.

Bahasa menunjukkan budaya bangsa.  Bahkan tiap negara di dunia memiliki bahasa masing-masing dengan berbagai dialek di tiap kota yang berbeda.

Pun bahasa jawa memiliki ribuan dialek dengan idiom dan artikulasi yang berbeda,  di luar bahasa jawa khas antara jawa tengah dan jawa timur serta jawa barat bagian timur,  seperti Cirebon dan Inderamayu.

Bahasa Indonsia unik,  bisa masuk dalam berbagai dialek yang berbeda di tiap wilayah Indonesia.  Di jawa mungkin terdengar medok,  tapi di Sumatera,  Kalimantan Sulawesi,  Bali,  NTT,  NTB, bahkan Papua,  bahasa Indonesia semakin Indah didengar dengan dialek masing-masing daerah.  

Di tengah ancaman disintegrasi bangsa, bahasa Ibu muncul menjadi penengah terjadinya komunikasi yang unik antar individu. Coba anda ke luar negeri dan di sana bertemu dengan orang  yang menggunakan bahasa Ibu yang sama pasti anda akan langsung akrab.

Orang-orang mengetahui asal-usul kita dari bahasa  dan gaya percakapan kita.  Bahkan kita banyak belajar  adat istiadat dari orang yang bahasanya berbeda dengan kita.  

Bagi saya,  bahasa Ibu tak hanya sekedar gaya pengucapan kalimat,  akan tetapi lebih dari sebuah proses pembelajaran akan tutur kata yang baik,  sopan,  menghargai,  sesuai dengan karakter masing-masing orang.

Tata krama dan unggah-umgguh bahasa tiap daerah memang berbeda,  tapi esensinya hampir sama.  Sebab dalam pengucapan terkandung nilai penghormatan yang dalam.

Kita dididik menghormati orang tua,  tamu,  atau orang yang tak dikenal dengan bahasa ibu. Dimana kita harus mampu empan  papan meletakkan posisi lawan bicara sesuai porsi masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline