Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Menyemai Cinta dalam Bertetangga dengan Hadiah Sederhana

Diperbarui: 3 Februari 2020   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pixabay

Dulu kala saat masih berjualan keliling, dan belum begitu mengenal lingkungan, sepertinya banyak yang tak suka dengan saya.  Parkir gerobak di depan rumah, padahal tidak menutupi akses masuk tetap diusir oleh pemilik rumah.

"Agak geser ke sana pak, yang beli sana kok parkirnya di sini", kata seorang tetangga menghardik dengan suara agak kasar.

Terpaksa saya harus bergeser sedikit, padahal panci siomay sudah terbuka dan beberapa potong siomay sudah saya pindahkan dari panci ke atas piring.

Suatu hari, seorang putri kecil berteriak, "siomay!",  Saya mendekat. Tapi tiba-tiba ibunya keluar pagar dan menyeret masuk anaknya sambil berkata, "Jangan beli siomay  sembarangan nanti sakit perut".
Putri  kecil itu terdengar meronta  tapi ibunya tidak peduli dan menyeretnya masuk ke dalam rumah. Padahal saat itu anak-anak seusianya juga sedang asik menikmati dagangan saya. Dan beberapa didampingi orang tua mereka.

Saya punya tetangga dekat, tapi entah kenapa ia terlihat sangat benci dengan kami. Rumah kami yang hanya berbatas tembok seringkali menjadi arena buang sampah dari tetangga sebelah. Entah plasti kertas, kulit pisang, atau apa saja dilempar ke halaman rumah yang kami tempati. Maklum diantara deretan rumah yang ada, hanya rumah kami yang beralas tanah. Sementara yang lain sudah diplester dan berpagar besi.

Suatu hari, isitri saya suruh memasak ayam bakar beberapa ekor. Satu ekor dibagi empat.  Dan ketiga orang diatas kami kirimi ayam bakar tersebut menggunakan sebuah kardus yang diberi pita. Tak lupa  sambal pedas dan beberapa potong lalapan kami masukkan untuk melengkapi hadiah.

Hari berikutnya, saya jualan lagi berkeliling.
Saat sampai di depan rumah putri kecil itu, bukan hanya putrinya yang keluar. Melainkan seluruh anggota keluarganya sambil membawa piring kosong. Mereka pesan , 8 porsi  lengkap dengan bumbu kacang dipisah.  Dan sejak itu keluarga ini jadi pelanggan tetap yang tak pernah melewatkan untuk membeli saat saya lewat di depan rumahnya.

Orang yang mengusir saya waktu, tiba-tiba datang ke rumah. Membawa tiga dus berisi ayam utuh. Dia  bertanya, "pak Nawir sedang ada acara apa kok kirim-kirim ayam bakar segala?"

"Saya sedang syukuran Bu".

Dan setelah itu keluarga ini tidak hanya menjadi pelanggan tetap bahkan saat ada acara di kantor suaminya sering juga ia memesan siomay buatan saya untuk menjamu undangan. Bahkan saat menikahkan putrinya, siomay saya melengkapi menu yang disediakan untuk para tamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline