Lihat ke Halaman Asli

Marhaenaputra Sondakh

Bekerja dan Berdoa

Menelusuri Komitmen dan Gebrakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Memajukan Pariwisata Daerah

Diperbarui: 17 Mei 2019   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan penghargaan The Rising Star Destination Of The Year kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan di terima Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pada Even Jakarta Marketing Week, 25 April 2019 lalu.

Minggu ini penulis membuat tulisan, terinspirasi untuk menelusuri Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey atas komitmen dan gebrakannya memajukan pariwisata daerah sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan penghargaan The Rising Star Destination Of The Year 2019.

Penulis pun mulai menelusuri, khususnya momen momen penting mulai dari   pencalonan sebagai Gubernur Sulawesi Utara sampai dengan komitmen dan gebrakannya memajukan pariwisata daerah.

Syukur akhirnya penulis dapat menelusuri dan alhasil dapat dituangkan dalam tulisan ini.

Dimulai  dari  Hotel Grand Puri Manado tanggal 26 september 2016, waktu itu Olly Dondokambey sebagai anggota DPR RI 2014-2019  yang baru saja diusung PDI Perjuangan sebagai calon Gubernur Sulawesi Utara berpasangan dengan calon Wakil Gubernur Steven Kandouw di pemilihan kepala daerah Sulawesi Utara  tahun 2015-2020, melaunching buku nya  "Membumikan Trisakti Melalui Nawacita"

Ketika itu, Olly Dondokambey mengatakan, visi Nawacita Presiden Joko Widodo adalah operasionalisasi konsep TRISAKTI Bung Karno. "Melalui buku ini saya berusaha menggali kembali konsep Trisakti dan mencoba melihat operasionalisasinya dalam program NAWACITA presiden", katanya.

Ada kesan kuat dimana pilihan publik berpihak pada pasangan calon yang berhasil mentransfer gagasan besar ekonomi mandiri itu ke dalam rancangan program nyata. Pasangan calon Jokowi-Kalla, yang mentransfer Nawaksara Soekarno (yang di dalamnya terkandung gagasan tentang ekonomi mandiri) menjadi "Nawacita" menjadi pilihan publik.

Sesudah ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dituntut untuk merealisasikan gagasan ini sebagai program-program di atas kertas menjadi program-program real. Tuntutan ini memaksa kita, juga saya, untuk menggali gagasan asli ekonomi mandiri ini dari 'Sang Pemula', Soekarno.

Saya sendiri tergerak untuk menggali hal-hal mendasar (hakikat) dari gagasan ekonomi mandiri tersebut karena insaf bahwa sebagai wakil rakyat saya bersentuhan secara langsung dengan politik ekonomi (anggaran) bangsa ini. Lebih dari itu, saya merasa terpanggil untuk menjawab tuntutan rakyat mengenai kuriositas tentang ekonomi mandiri.

Olly Dondokambey mengatakan, Soekarno menguraikan gagasan tentang ekonomi selalu dalam konteks dan keterkaitan dengan politik dan kebudayaan. Politik, ekonomi, dan kebudayaan, dengan begitu, adalah tiga fondasi utama yang terjalin  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, pembahasan tentang ekonomi mandiri ini akan di kembangkan dalam tiga bagian utama, yakni: ekonomi mandiri an sich, politik-ekonomi mandiri, dan mental-ekonomi mandiri.

Ekonomi mandiri menurut Olly Dondokambey adalah antithesis dari ekonomi imperialism. Imperialisme, dalam kaca mata Soekarno, tidak hanya berarti penaklukan geografis, tidak hanya eksploitasi sumber daya alam. Imperialisme juga adalah perampasan kedaulatan negara peminjam modal dalam mengelola 'rumah tangga' bangsanya sendiri. Kapitalisme jelas merupakan agenda negara pemodal untuk selamanya memposisikan diri sebagai negara superior dan menempatkan negara peminjam modal dalam posisi tergantung, terdikte, tak mandiri, tak berdaulat, bukan pusat (periferik), subordinat, atau inferior.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline