Lihat ke Halaman Asli

Mardety Mardinsyah

Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Bersikap Waras di Tengah Pandemi Covid 19

Diperbarui: 1 Mei 2020   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam pandemi corona, kata lock down sangat populer. Hampir semua negara di dunia yang  terpapar corona  melakukan lockdown untuk menghambat penyebarannya. Indonesia melakukan PSBB (Pembatasan sosial berskala besar).  Aturan utama  PPSB , stay at home dan social distancing.  Kondisi ini membuat  penggunaan  gedget makin penting. Dari anak-anak hingga orang dewasa  tiap hari pegang gedget.  Mata mereka berjam-jam  tertuju ke monitor gedgetnya untuk berkomunikasi, mencari informasi dan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti belajar, bekerja dan belanja.

Kemajuan teknologi internet melahirkan sosial media (sosmed) sebagai wadah komunikasi seperti blog,vlog, twitter, facebook, instigram, telegram, zoom   dan lainnya. Sosmed  menjadi sarana pergaulan  mutakhir.   Biasanya orang  menggunakan  sosmed lebih banyak  untuk  menunjukan eksistensi diri  disamping wadah komunikasi  informasi dan promosi.  Tapi ditengah wabah   corona  ini  sosmed menjadi nadi  kehidupan sehari -- hari. Berbagai kegiatan hidup sehari-hari baik formal  maupun non formal  menggunakan sosmed.  Sosmed  wadah penting dalam  ditengah wabah corona ,tapi  too much information to kill you.

Begitu pentingnya sosmed bagi  masyarakat ditengah bencana ini, sosmed    dimanfaatkan pula untuk alat  penyebar kebencian, permusuhan dan hoaks.

Sosmed  belum memiliki etik dan aturan-aturan yang cukup dalam berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan, karena kehadiran sosmed merupakan disrupsi yang terjadi secara cepat sehingga pengaturan tidak dapat mengejar kecepatan perkembangannya. Dewasa ini berkomunikasi di sosmed,integritas dan etisnya belum jelas.  
 
Ditengah wabah corona, masih ada yang memanfaatkan sosmed  untuk menebar berita dusta atau hoaks untuk menakut-nakuti masyarakat.

Disinyalir ada sindikat penyedia konten hoaks yang menakuti-nakuti itu.  Mereka memiliki keahlian untuk mencaplok akun-akun di  sosmed, membaca berbagai situasi pemberitaan tentang wabah, lalu memframing berita-berita  itu menjadi hoaks.  

Sindikat-sindikat  ini  menggunakan ribuan  akun sosmed  untuk menyebarkan konten hoaks.  Tujuan mereka menyebarkan konten hoaks tentang wabah corona,  selain untuk  menakut nakuti masyarakat, juga untuk memprovokasi masyarakat agar melakukan  pembangkangan  sosial, melanggar aturan-aturan yang dikeluarkan dalam kondisi darurat kesehatan ini. Mereka   mem-posting  berita atau konten yang tidak sesuai dengan kebenaran.

Berita hoaks bisa  bertaburan  dan merajalela di sosmed, karena  kemalasan  masyarakat untuk melakukan check, recheck and crosscheck terhadap informasi. Padahal mendeteksi berita hoaks  dapat dilakukan dengan berbagai cara.  Seperti, mencari referensi berita yang benar  dari situs online resmi dan menggunakan media lain untuk mengecek konten berita atau manfaatkan grup diskusi anti-hoaks yang membahas berita bohong.  Dan yang paling penting, berpikir kritis untuk melindungi akal dari berbagai kebohongan.

Dengan begitu luasnya berita hoaks  tersebar  di sosmed, menunjukkan  kerentanan   terjadinya kejahatan cyber. Jika kerentanan ini gagal diatasi maka berbagai aspek kehidupan akan terganggu.  Kejahatan cyber dengan mengumbar berita bohong mengenai wabah  corona dapat menimbulkan kecemasan dalam masyarakat. Kecemasan yang berlebihan  (anxiety disorder)  dapat menganggu kesehatan mental dan aktivitas  sehari hari.   Seperti yang disinyalir  Yuval Noah Harary ( Antinomi Institute Philosoyhy) bahwa dalam pandemi corona ini, anciety disorder lebih banyak merusak kesehatan  masyarakat dari pada virus corona itu sendiri. Informasi bohong  dapat  membawa aura negatif bagi penerimanya.

Dunia internet, dunia  banjir informasi.  Kita tidak  tahu  orang  yang mengirim sebuah informasi dan kebenaran informasi  itu. Maka itu perlu melakukan check, recheck and crosscheck terhadap informasi. Gedget  peranti moderen bermata dua, manfaat dan mudarat.
Mari kita jaga ruang publik tetap waras, tidak kehilangan akal sehat. Jangan ikut menebar berita hoaks mengenai wabah corona yang membuat masyarakat panik.  Hendaknya himbauan ini   tidak hanya sekedar harapan, tapi harus diusahakan bersama. Ayo, mari kita mulai dari diri sendiri.  

Disisi lain masyarakat juga disuguhi berita yang tak mengenakan, baik dari sosial media ataupun yang disiarkan oleh media mainstream, yaitu adanya pejabat negara yang memanfaatkan wabah pandemi ini untuk melakukan pencitraan diri. Sumbangan yang diberikan oleh negara dilabeli dengan foto diri layaknya kampanye. Ada juga yang aji mumpung, bicara kesana kemari melakukan sosialisasi ataupun menyerahkan bantuan negara seakan akan itu sumbangan pribadinya.

Hal lain yang Perlu diwaspadai adalah praktek korupsi menyelusup kedalam pembagian bantuan dan program program penanganan Bencana Pandemi Covid 19 ini. Dalam aturan hukum, korupsi dalam kebencanaan akan mendapat hukuman yang lebih berat dibandingkan korupsi lainnya. Korupsi dalam kebencanaan bagai menari diatas penderitaan rakyat, meraup untung dengan mengatasnamakan kesusahan yang dialami orang banyak memang sangat tak manusiawi. Hal hal seperti ini harus diwaspadai, dikritisi dan disuarakan, jangan dibiarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline