Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Mas Isjet Resign dari Kompasiana dan Akan Melangkah di Jalur Pendakian Baru

Diperbarui: 9 Juni 2018   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi Kompasiana

Secara fisik saya baru sekali ketemu Mas Isjet dan pertemuan itu terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu di Medan. Waktu itu saya baru mulai menjadi penulis aktip di blog kebanggaan kita ini setelah sebelumnya menjadi silent reader. Pertemuan itu bukanlah sesuatu yang disengaja. Pada waktu itu ada acara pelatihan penulisan kerjasama Kompasiana dengan sebuah bank yang diadakan di Hotel Aston Medan.

Saya datang ke tempat itu karena janjian dengan Fitri Manalu yang baru menerbitkan novelnya yang bertajuk "Minaudiere". Saya menginginkan  novel itu dan Fitri bilang "Kalau Amang " ada waktu, saya sekarang di Hotel Aston. "Amang" artinya ayah dalam bahasa Batak.

Tetapi kata itu dapat digunakan sebagai sapaan untuk orang yang lebih tua. Tentunya saya senang dengan sapaan Fitri yang demikian maklumlah usia saya sudah mendekati kepala tujuh sedangkan Fitri, cerpenis yang cukup dikenal di blog kita ini masih tergolong muda.

Sesampainya di Aston dan sesudah memperoleh 3 buah novel, Fitri bilang, Mas Isjet sedang di sini. Lebih baik Amang jangan pulang dulu biar kita nanti ngomong-ngomong dengan petinggi Kompasiana itu.

Sekitar 20 menit, Mas Isjet selesai memberi pembekalan pelatihan dan ke luar ruangan. Fitri memperkenalkan saya kepadanya dan kami bersalaman dengan erat.

Sesudah ngomong ngomong sambil berdiri sekitar 10 menit, Mas Isjet mengajak kami dan beberapa orang Kompasianer Medan ngopi atau minum-minum di Merdeka Walk sebuah pusat kuliner di Medan. Dengan berjalan kaki kami menyeberang jalan lalu kami pun tiba di pusat kuliner itu dan ngopi sambil ngobrol di sebuah cafe.

Sekitar satu jam ngobrol, Mas Isjet pun pamit karena ia harus segera ke Bandar Udara Kuala Namu dan terbang menuju Jakarta.

Dalam pembicaraan sekitar satu jam di cafe itu saya memperoleh kesan bahwa petinggi Kompasiana itu enak diajak ngobrol, cepat akrab dan pembicaraannya sering diselingi humor. Saya mendapat cerita dari Fitri dan juga Daus, Kompasianer juga yang menyatakan kalau sedang di Medan, Mas Isjet selalu ngajak para Kompasianer untuk ngumpul bareng.

Sejak pertemuan itu saya semakin intens membaca artikel-artikel nya yang diposting di blog yang kita banggakan ini. Membaca tulisannya asyik juga karena pada artikel itu ia seperti bercerita. Adakalanya konten yang ingin disampaikannya sebenarnya termasuk berat. Namun demikian ia mampu menuliskannya dengan ringan dan enteng.

Dari artikelnya itu jugalah saya tahu bahwa ia lulusan Pondok Pesantren Modern Gontor. Sedikit banyaknya saya tahu juga tentang pesantren itu. Di pesantren Gontor para santrinya sehari hari diwajibkan berbicara kalau tidak berbahasa Arab maka harus berbahasa Inggris.

Gontor awalnya saya kenal karena salah satu tokoh yang saya kagumi yakni pemikir Islam, Nurcholish Majid pernah juga mondok di pesantren ini. Selanjutnya tidak berlebihan kalau menyatakan sejak pertemuan di Merdeka Walk itu, setiap artikel Mas Isjet selalu saya baca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline