Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Dahlan Hasan, Bupati "Gila" yang Terobos Hutan untuk Bangun Jalan dan Kampus

Diperbarui: 19 Desember 2017   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bupati Mandailing Natal, Drs.H.Dahlan Hasan Nasution | Sumber: Antaranews

Pada artikel "Mencermati Ucapan Jokowi: Indonesia Butuh Orang Orang Gila", maka saya sudah ketemu salah satu "orang gila" itu. Ia adalah Dahlan Hasan Nasution, Bupati Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Mandailing Natal merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor. 12 Tahun 1998. Acara peresmian pembentukan kabupaten ini diadakan pada 9 Maret Tahun 1999 dan kemudian tanggal inilah yang dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten ini.

Kabupaten Mandailing Natal yang sering juga disebut Madina mempunyai luas wilayah 6.620 km persegi atau 9,23 persen dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk sekitar 430.894 jiwa. Mayoritas penduduk beragama Islam. Marga-marga yang berasal dari Kabupaten ini antara lain: Nasution, Lubis, Batubara, Matondang, Rangkuty, Pulungan, Parinduri, Daulay serta beberapa marga lainnya.

Penulis di badan jalan yang sedang dibangun (Dokumentasi Pribadi)

Untuk membangun dan mengembangkan kabupaten yang dipimpinnya, Dahlan Hasan harus memutar otak karena kalau hanya dengan mengandalkan dana APBD saja rasanya semua orang mampu. Kemudian besaran dana pada APBD juga sangat terbatas sehingga tidak banyak yang dapat diperbuat untuk membangun daerah. 

Semenjak menjabat sebagai Wakil Bupati kemudian menjadi Bupati, Dahlan Hasan sudah punya obsesi yang kuat mencari caranya untuk mengembangkan wilayahnya termasuk wilayah Kecamatan Kotanopan yang berada sekitar 42 km sebelah selatan Panyabungan. 

Kotanopan berada pada lintasan jalan negara yang menghubungkan Medan dengan Bukit Tinggi. Kecamatan Kotanopan yang merupakan satu diantara 23 Kecamatan yang ada di Mandailing Natal sejak zaman penjajahan Belanda sudah dikenal sebagai " kota politik" dan kota pendidikan.

Beberapa tokoh nasional berasal dari kecamatan ini antara lain Jenderal Besar A.H.Nasution, Kolonel Zulkifli Lubis, Bapak Intelijen Indonesia, Adam Malik yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden. Begitu juga halnya tokoh pers nasional Mochtar Lubis berasal dari Kecamatan ini. Kemudian Darmin Nasution, Menteri Perekonomian juga pernah menimba ilmu di SMA Kotanopan. 

Tokoh lainnya yang punya leluhur dari kecamatan ini antara lain Adnan Buyung Nasution dan Todung Mulia Lubis. Pada zaman Belanda, Kotanopan merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda karena disini lah berkantor Controlir Belanda untuk Mandailing.

Selain pusat pemerintahan pada zaman kolonial, Kotanopan juga merupakan tempat pendidikan karena disini sudah ada HIS (Hollandsche Indische School) yang salah satu muridnya yang cemerlang adalah AH Nasution. Ketika proklamasi dikumandangkan di Pegangsaan Timur Jakarta pada 17 Agustus 1945 maka tidak lama kemudian di kota kecil Kotanopan ini juga diadakan acara penaikan bendera merah putih sebagai tanda bahwa kita sudah merdeka.

Penulis (peci hijau) berbincang dengan Bupati Mandailing Natal di Rumah Dinas Bupati di Panyabungan, Minggu,10 Desember 2017

Berangkat dari masa lalu Kotanopan inilah maka Dahlan Hasan Nasution ingin kembali menjadikan Kotanopan sebagai kota pendidikan. Tetapi ada kendala untuk pengembangan kota kecil ini yakni lahan yang dapat digunakan sangat terbatas mengingat pada sebelah timur  sudah dibatasi oleh Sungai Batanggadis sementara di sebelah barat sudah berdiri bukit bukit kecil antara lain Tor Siojo.

Bupati berpikir untuk memperluas wilayah Kotanopan harus dibangun jalan lingkar luar yang titik awalnya sekitar 5 km sebelah utara Kotanopan kemudian dari titik awal itu dibangun jalan sepanjang 8 km pada sebelah barat kota pendidikan itu. Namun Dahlan menyadari, areal yang akan digunakan sebagai jalan itu merupakan tanah milik warga yang digunakan sebagai areal bercocok tanam. Bahkan sebagian di antaranya merupakan lahan untuk tanaman karet yang dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki.

Bupati juga menyadari tidak mungkin mengganti rugi tanah masyarakat itu karena dana untuk itu tidak tersedia. Maka mulailah Bupati mendekati masyarakat termasuk para tokoh yang punya areal tanah yang luas pada lintasan jalan baru yang akan dibangun itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline