Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Kenangan Bersama Ibu Ikut Pemberantasan Buta Huruf

Diperbarui: 2 Februari 2023   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: kfk.kompas.com

Pada masa sekitar tahun 60-an ada sebuah kegiatan besar yang bernama Pemberantasan Buta Huruf (PBH). 

Karena Artikel ini hanya mengandalkan ingatan jadi saya tidak punya data berapa persen jumlah penduduk yang buta huruf pada masa itu.

Kenangan ini terjadi di Kota Padangsidimpuan Propinsi Sumatera Utara yang pada masa tersebut menjadi Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Selatan.

Ibu bekerja di "Djawatan Pendidikan Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan" dan jawatan ini berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Jawatan inilah yang ditugaskan untuk melaksanakan PBH.

Dari cerita Ibu saya tahu bahwa PBH merupakan kegiatan yang diperintahkan oleh Presiden Sukarno dengan satu tujuan mulia membuat orang bisa membaca dan mengenal angka yang sederhana. 

PBH dilaksanakan melalui kursus kursus yang disebut Kursus Pemberantasan Buta Huruf tanpa dikutip bayaran alias gratis. 

Walaupun gratis tapi banyak juga orang yang tidak mau ikut tetutama para pria yang sudah berumah tangga karena mungkin malu. Bagaimana perasaan ikut lagi kursus PBH sementara putra putrinya sudah duduk di bangku SD atau SMP tentu ada rasa malu.

Tapi Pemerintah sungguh sungguh ingin warga negaranya melek huruf. Untuk itu sering diadakan semacam razia pada penumpang angkot.Petugas menghentikan angkot dan menanyai seta mentest penumpang apakah bisa membaca atau tidak. 

Kadang-kadang menggelikan ada penumpang angkot yang buta huruf dan sudah bersiap menghadapi razia lalu ia membeli surat kabar dan ketika petugas naik ke angkot dia seolah olah membaca surat kabar tapi sayangnya ia "membaca" terbalik karena ia tidak mengenal huruf. 

Mungkin dia bermaksud akan terlihat membaca dengan posisi surat kabar yang tepat kalau ada foto pada halaman surat kabar yang dibacanya tapi ketika tidak ada foto maka ia kehilangan pedoman tentang posisi surat kabar yang benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline