Lihat ke Halaman Asli

Jadi Teknik Berinvestasi Mana yang Lebih Baik: Dollar Cost Averaging atau Dollar Value Averaging?

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manuel Manahan Maleaki, CFP® & Hari Septanto

Penasehat Keuangan dari Universitas Indonesia

Umumnya kita mengenal terminologi dollar cost averaging (DCA) dan dollar value averaging (DVA) dalam melakukan investasi di instrumen keuangan, dalam hal ini instrumen saham dan atau reksa dana saham.Belakangan mulai menjadi trend dikalangan investor tentang pola pembelian berkala (periodic investment) dalam pengelolaan keuangan personal rumah tangga, sehingga target penghimpunan dana saat ini untuk konsumsi di masa depan dapat terpenuhi dan mencapai target yang ditetapkan untuk kebutuhan keuangan kelak.

Berdasarkan perhitungan sederhana pada tabel 1 dan tabel 2, didapatkan hasil bahwa metode akumulasi DVA memberikan harga pokok pembelian yang relatif lebih rendah dibandingkan metode DCA. Hal ini dikarenakan metode DVA melakukan penyesuaian terhadap nilai investasi.

Jika pasar dalam tren bullish nilai investasi DVA akan cenderung menurun dan dalam tren bearish nilai investasi cenderung meningkat.

Meski nilai investasi yang ditanamkan dalam DVA cenderung lebih kecil dalam kondisi pasar uptrend, manfaat lain dari selisih nilai investasi tersebut dapat dialokasikan ke instrumen pasar uang untuk sewaktu-waktu digunakan sebagai pencadangan ketika pasar berbalik arah menjadi bearish ataupun krisis.

Untuk menghasilkan imbal hasil DVA yang lebih superior dibandingkan DCA diperlukan pengetahuan dan upaya ekstra mengingat seseorang harus menentukan waktu terbaik dan level pembelian terbaik serta nilai pembelian terbaik dari setiap instrumen investasi yang menjadi pilihannya sehingga optimalisasi dapat terbentuk.

Lain halnya dengan pola investasi DCA, investor pada pada level berapapun akan terus melakukan investasi berkala secara disiplin, sehingga akan dibentuk rerata harga akuisisi investasi, baik di level pasar bearish maupun di level pasar bullish. Kemudahan lainnya adalah hasilnya pun relatif lebih baik daripada rerata imbal hasil pasar pembanding (benchmark) berupa potensi total hasil investasinya yang bersaing.

Dengan mempertimbangkan hasil tersebut, direkomendasikan bagi investor untuk menggunakan pola investasi berkala dengan metode DCA atau DVA karena keduanya menawarkan potensi akumulasi harga pembelian investasi yang relatif lebih rendah dibanding rata-rata pasar saham (benchmark) dalam jangka panjang.

Terlampir data imbal hasil asset class dan perbandingan harga perolehan antara DCA (dollar cost averaging) dan DVA (dollar value averaging):


Tabel 1: Imbal hasilantar kelas asset untuk periode 5 tahun

Tabel 2: Imbal hasilantar kelas asset untuk periode 10 tahun


Penting disini menurut hemat kami edukasi bagi investor retail market dan mass market untuk memahami karakteristik risiko tiap kelas aset, khususnya kelas aset saham dan reksa dana saham yang tergolong berisiko tinggi dan menawarkan prospek imbal hasil yang tinggi pula, terbukti dari data 10 tahun terakhir dan 5 tahun terakhir yang disajikan.

Dari tabel di bawah ini didapatkan kesimpulan dari teknik berinvestasi yang relatif lebih baik dibanding lainnya sebagai berikut:

a.Akumulasi harga beli investasi: DVA < DCA < Simple Average

b.Total Investasi di IHSG: DVA < DCA

c.Return: DVA > DCA

SHAPE * MERGEFORMAT

Dollar Cost Average (DCA)

Simple Average

Dollar Value Average (DVA)

1Y

(12,000,000.00)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline