Lihat ke Halaman Asli

Mama Totik

Bincang Ringan di Ruang Imaji

PDAM, Oh.. PDAM

Diperbarui: 9 November 2015   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kicauan pertama burung-burung terdengar. Jam 04.00 pagi ! Aku melompat dari tempat tidur. Masih dengan mata setengah tertutup kubuka kran air.

“Yah mati lagi...” buru-buru aku menuju ke depan rumah. Kran di halaman depan rumah kuputar. Kalau air di situ mengalir, berarti air menyala tapi tekanan air kecil, tidak mampu mengalir sampai ke rumah. Sia-sia. Kran depanpun mati! Artinya memang mati total...t o t a l.

Astaga...masak hari ini aku nggak mandi lagi ? Ini Senin, dan hari terakhir mandi itu seingatku, hehehe pakai kata seingat, Sabtu pagi. Kejam sekali PDAM ini. Mereka pikir kami tinggal di negara dingin apa, yang tidak perlu sering-sering mandi ? Ini Semarang mpooook....udara di sini puanaaaas sekali. Dalam kondisi normal saja, orang bisa 3-4 kali mandi sehari. Lah ini ?

“Mati ya bu ?” sapa tetangga yang pagi itu juga nampak kecele menengok keran depan rumahnya.

“Iya...payaaah...mana cucian baju dan piring numpuk lagi”

“Iya samaaaa...”ibu sebelah memasang muka cemberut.  Dih si ibu, mukanya seram banget. Setahuku ibu sebelah ini memang penggila kebersihan. Rumahnya kinclong clong sampai ke lantai lantai terasnya. Hobbynya ngepel, bersih-bersih. Pasti dia menderita tekanan batin berat dengan matinya air PDAM hingga berhari-hari.

“Mammmmm.....airnya masih mati ????” suara teriakan parau anakku dari dalam rumah.  Duh si mamas pasti perlu air buat keperluan rutin paginya, nongkrong di wc. Buru-buru aku masuk.

“Iya sayang, masih mati. Kamu pakai air mineral dulu ya buat bilas. Pagi ini nggak usah mandi, cukup BAB-pipis, cuci muka dan sikat gigi. Nanti pakai parfum banyak-banyak” kataku mengajari

Si mamas cemberut. Anak satu ini memang pembersih sekali. Baginya ke sekolah tanpa mandi itu luar biasa jorok. Tapi mau bagaimana lagi. Persediaan tandon sudah habis kemarin. Galon air mineral juga tinggal satu. Mini market masih tutup. Harus berhemat. Setidaknya si mamas dan papap harus tampil rapi. Aku sih punya banyak cara untuk tetap bisa tampil rapi. 

Bling...bling...bling....

Siapa sih sepagi ini sms ? Kusambar handphone di meja. Aih...Supri si tukang sayur.  “Selamat pagi bu, mau nitip belanjaan apa pagi ini ? “ tulisnya di sms. Aku nggak belanja, nggak masak hari ini, nggak punya air. Balasku. Bagaimana mau masak ? Air saja terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline