Lihat ke Halaman Asli

Ngomong-ngomong Soal Kue Semprong, Dong!

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

[caption id="attachment_167396" align="aligncenter" width="480" caption="Kue Semprong ©Mamak Ketol™"][/caption] Meskipun tidak dapat dipastikan asal-muasal namanya, bentuk kue ini memang mirip dengan semprong lampu minyak. Kue tradisional yang kerap dihadirkan dalam acara hajatan di pedesaan ini memiliki bermacam-macam sebutan. Di Sumatra kue ini dinamakan Kue Sapik, sementara di Jawa Timur khususnya Blitar disebut Opak Gambir. Kue Semprong inipun dikenal dengan nama Opak Gulung, karena dalam proses pembuatannya digulung dan penampilan akhir dari makanan ini berbentuk gulungan. Namun, selain digulung, ada juga Kue Semprong yang berbentuk amplop segiempat, atau dilipat segitiga seperti kipas. Apapun bentuknya, cetakan Kue Semprong ini cuma satu macam, yang membedakannya hanya dari cara membentuk atau melipat lembaran kue. [caption id="attachment_167398" align="aligncenter" width="500" caption="Kue "Kipas" Semprong dan cetakannya ©Mamak Ketol™"][/caption]

Sumber foto (kanan): Kue-kue Indonesia Jasa Boga, Gramedia 2007 (hal. 8) Dapat dipastikan bahwa camilan “rakyat” ini memiliki nama yang berbeda-beda di tiap-tiap daerah. Tidak heran apabila ada kota tertentu yang mengklaim bahwa kue semprong ini adalah ciri khas daerahnya. Kue Semprong yang digambarkan sebagai “wafer sticks” ini diakui sebagai penganan khas Kalimantan Barat, tepatnya Kabupaten Sekadau yang jaraknya 150 km dari kota Pontianak. Di Sekadau, Kue Semprong yang awet sampai tiga bulan ini dibuat secara khusus pada hari-hari besar dan dihadirkan pada acara-acara selamatan, pernikahan dan ritual sejenis. Bagaimana dengan daerah lain? Pada tahun 2002, oleh Pemerintah Kota Cimahi, Kue Semprong sudah “dipatenkan” sebagai makanan khas kota Cimahi. Adapun bentuk Kue Semprong yang dijadikan sebagai kekayaan “budaya baru” itu adalah yang berbentuk kipas. Kue Semprong ini pun kaya akan variasi dan fungsi. Ada yang mengenalnya dengan nama Kue Gapit atau Kue Jepit, karena kadang dipakai untuk “menjepit” arumanis atau gula kapas. Selain berisi arumanis, ada yang ditaburi wijen dan pisang. Nah kalau sudah berisi pisang kesukaan Sarimin ini, namanya berubah menjadi Ledre. Makanan oleh-oleh kudapan tradisional Bojonegoro ini ditandai dengan campuran pisang raja yang khas. [caption id="attachment_167399" align="aligncenter" width="500" caption="Opak Gulung Wijen dan Ledre Pisang Raja ©Mamak Ketol™"][/caption] Nah kalau Kue Semprong yang bicarakan ini semuanya kering dan awet disimpan lama, ada juga yang basah yang umum dimakan dan disantap langsung. Kue ini dapat dinikmati selagi hangat, ataupun dingin tergantung selera atau pilihan topping yang disukai. Penganan asli Prancis ini dikenal dengan nama Crêpe. Kue Semprong basah yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia ini dapat dijumpai di beberapa outlet yang tersebar di kota-kota besar. Pilih yang mana? Kue Semprong atau Crêpe?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline