Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Penulis Biasa

Pejuang Anti "Uang Haram" Pun Gagal

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu ini menyisakan sebuah ironi yang cukup menyentak para pelopor demokrasi yang mengatasnamakan sebagai pejuang "anti uang haram". Mereka yang sepatutnya didukung oleh kaum muda dan kaum miskin pun seperti terberangus oleh kepentingan sesaat yang membunuh jutaan manusia Indonesia.

Bagaimana tidak, gerakan yang bertujuan ingin menggiring masyarakat agar jangan golput dan tidak menerima uang haram sampai saat inipun tak meraih kesuksesan. Para caleg "haram" inipun masih begitu bebasnya memegang kendali penyebaran uang haram ini sampai ke jantung pertahanan iman umat Islam. Tak pelak, meskipun rakyat yang mengaku menginginkan negeri ini bebas korupsi pun tak berdaya mendapatkan godaan "uang haram" mereka. Wajar saja di antara mereka yang benar-benar bersih dari proses yang tak patut ini, pun harus terjungkal dengan suara yang sangat minus.

Sebuah proses konspirasi politik yang sangat cukup memprihatikan dan berujung pada semakin karamnya negeri ini dari jerat korupsi.

Kasus penyebaran uang haram ini sepatutnya menjadi catatan kelam, sebagaimana terjadi di Kota Metro, berdasarkan penuturan salah satu penerima uang haram ini dengan sangat bangganya dan begitu besar dukungannya kepada para caleg hitam ini. Bahkan meskipun di antara mereka ada yang berusaha menjaga nurani dengan tidak menerima uang sogokan, namun faktanya 70% setuju dengan serangan fajar.

Terbukti, berdasarkan penghitungan hasil pemilu di TPS 1 Sumbersari, dari 600 mata pilih ternyata sekitar 420 an suara masuk ke kantung caleg sogokan tersebut. Dan sayang sekali dari 180 orang pemilih hanya sekitar 125 suara sah dan sisanya rusak atau tak dicoblos sama sekali. Karena perolehan tersebut an caleg uang haram itupun memenangkan kompetisi.

Sepak terjang caleg tak patut ini semestinya tidak mendapatkan respon masyarakat. Namun faktanya masyarakat masih saja menerima uang tersebut tanpa berfikir panjang bagaimana kinerja mereka di DPR. Ironisnya justru para penerima ini memuji dan tak begitu perduli dengan tingkah polah wakil rakyatnya ketika di gedung dewan. Mereka hakekatnya tahu bahwa dengan menerima uang haram tersebut dirimereka sudah dibeli dan dijadikan alat untuk memenangkan pentas para caleg koruptor. Dan mengabaikan hati nurani.

Tak hanya masyarakat awam yang serta merta mendukung serangan fajar tersebut, para tokoh agamapun sepertinya hanya tinggal diam bahkan menjadi fasilitator suksesnya bagi-bagi duit tersebut.

Boleh jadi para tokoh masyarakat ini mencari keuntungan dengan diberikannya ruang para caleg ini untuk menyebarkan uang haram. Tentu saja karena saat ini caleg ini adalah incumbent yang tentu saja memiliki pengaruh yang kuat terhadap kebijakan di daerah.

Saya menduga, para tokoh agama tidak menentang karena mereka mendapatkan pundi-pundi uang tatkala caleg ini sukses. Sehingga kepentingan sesaat yang berakibat bobroknya negara pun tak dapat dielakkan. Lagi-lagi masyarakat inipun tak berdaya dengan rayuan yang diberikan para caleg ini.

Tak hanya tokoh masyarakat yang justru menjadi mobilisator arus korupsi, para tokoh agamapun sejatinya menjadi bagian arus korupsi di negeri ini.

Kegagalan Pejuang Anti Uang Haram dan Ironisnya Rendahnya Harga Diri Bangsa Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline