Lihat ke Halaman Asli

Tiga Guru Indonesia di Panggung Dunia

Diperbarui: 6 Oktober 2025   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wijaya, Lilam Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2026 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Dari ruang kelas sederhana di pelosok Nusa Tenggara Timur hingga ruang konferensi berpendingin di jantung Kota Bangkok, semangat tiga guru Indonesia menyala sama terangnya. Kami datang dari tiga daerah berbeda Banten Jawa Barat, Sidioarjo Jawa Timur, dan Flores Timur NTT namun membawa satu napas yang sama, menyalakan bara profesionalisme dan solidaritas guru Indonesia di kancah dunia.

Wijaya, Kepala SMP Negeri 3 Warunggunung, Banten; Lailatul Musyarofah, dosen Universitas PGRI Delta Sidoarjo, Jawa Timur; dan saya sendiri, Maksimus Masan Kian, guru SMP Negeri 1 Lewolema sekaligus Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, NTT.

Kami bertiga mendapat kehormatan mewakili Indonesia dalam kegiatan John Thompson Fellowship (JTF) Evaluation 2025, yang diselenggarakan oleh Education International Asia Pacific (EI-AP) di Bangkok, Thailand, pada 10--16 September 2025.

Program ini diikuti delapan organisasi guru dari enam negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Taiwan, dan Mongolia. Di forum itu, kami tak sekadar berbagi pengalaman, tapi juga belajar bersama tentang bagaimana organisasi profesi guru dapat menjadi motor perubahan pendidikan di masa depan.

Dari Tanah Abang ke Bangkok

Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian Tiba di Bandara Internasional Don Mueang (DMK) (Sumber Foto: Arsip Maksimus Masan Kian)

Perjalanan kami dimulai di Gedung Guru Indonesia PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta sebuah tempat yang selalu hangat bagi siapa pun yang memperjuangkan martabat guru. Dari gedung itu, kami berangkat bersama menuju Bandara Soekarno-Hatta.

"Tidak pernah terbayang bisa sampai sejauh ini," ujar Wijaya pelan, sembari menatap langit pagi Tangerang yang mulai berwarna jingga. "Tapi kami percaya diri berada di tengah organisasi profesi dari berbagai negara."

Penerbangan memakan waktu sekitar empat jam. Saat pesawat mendarat di Bandara Don Mueang International Airport, Bangkok, rasa haru menyeruak. Kami bukan sekadar membawa nama pribadi, melainkan nama besar organisasi: Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) organisasi yang telah menemani perjalanan guru Indonesia selama lebih dari tujuh dekade.

Selama tujuh hari, kami bergabung dalam pelatihan intensif yang dimulai pukul 09.00 hingga 17.30 waktu Bangkok. Forum ini menghadirkan 19 peserta terpilih dari 50 orang yang sebelumnya mengikuti survei evaluasi JTF.

Menurut Anand, Direktur Regional EI-AP, program JTF dirancang untuk menyiapkan pemimpin organisasi guru masa depan. Materinya meliputi kepemimpinan, kesetaraan gender, advokasi, kampanye, rekrutmen anggota, hingga manajemen keuangan organisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline