Lihat ke Halaman Asli

Sucahya Tjoa

TERVERIFIKASI

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Pemain di Belakang Layar Serangan ke Provinsi Idlib untuk Mengakhiri Perang Sipil Suriah

Diperbarui: 4 Oktober 2018   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.haaretz.com

Dari tahun 2011 hingga 2018, kekacauan di Suriah telah berlangsung selama tujuh tahun. Hari ini, provinsi Idlib adalah pangkalan terakhir bagi kelompok militan oposisi dan ekstremis di Suriah.

Krisis dimulai di Provinsi Daraa, Suriah selatan, dan tampaknya akan berakhir di Provinsi Idlib di barat laut Suriah.  Karena itu, pertempuran Idlib telah disensasionalkan oleh dunia luar sebagai "pertempuran terakhir."

Jadi, berapa banyak pemain yang ada di belakang layar pertempuran terakhir ini? Apa jenis konvergensi kepentingan rumit yang dimiliki mereka? Dan siapa yang memegang kunci untuk masa depan Idlib dan semua Suriah?

Pasukan oposisi, militan ekstremis, dan zona-zona de-eskalasi konflik --- ini semua adalah kata kunci untuk Provinsi Idlib. Idlib terletak di Suriah bagian utara, di perbatasan Turki. Wilayah ini memiliki luas 1.437 kilometer persegi dan populasi lebih dari 3 juta orang.

Sebelum kita membahas lebih lanjut, pada 24 September lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu mengumumkan bahwa Rusia akan mengirim sistem rudal anti-udara S-300 ke Suriah dalam waktu dua minggu. Dan kini kabarnya sistem pertahanan udar aini elah terkirim ke Suriah.

Sistem anti-rudal S-300 dapat mencegat senjata serangan udara dalam jangkauan 250 km, dan menyerang beberapa sasaran, itu adalah serangkaian sistem rudal permukaan-ke-udara Rusia yang cukup canggih, dan memiliki beberapa kemampuan yang setara dengan sistem rudal permukaan-ke-udara AS Patriot AS.

Sehubungan dengan hal ini, AS dan Israel keduanya menyatakan bahwa tindakan Rusia ini akan sangat memungkinkan meningkatkan ketegangan di Suriah.

Sebenarnya pada tahun 2013, Rusia telah menghentikan niat memasok S-300 ke Suriah atas permintaan Israel, tetapi situasi saat ini telah berubah, dan Rusia merasa tidak bersalah. Rusia juga mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan hanya untuk "menjamin keamanan militer Rusia." Berubahan sikap tersebut disebabkan peristiwa yang terjadi pada 17 September lalu.

Peristiwa Tertembak Jatuhnya Pesawat Militer Rusia IL-20

Pada 17 September lalu, sekitar jam 11 malam kota Lattakia, di wilayah barat yang dikontrol pemerintah Sryia. pesawat militer AU-Rusia IL-20 ditembak jatuh ketika sedang turun, dan semua 15 personel militer Rusia di pesawat ini tewas.

Pesawat ini tertembak oleh roket dari sistem rudal anti-udara Suriah S-200, yang sebenarnya menargetkan untuk pesawat Israel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline