Lihat ke Halaman Asli

Maimai Bee

Penulis

Pembinaan Sepak Bola Usia Dini

Diperbarui: 28 November 2022   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image Maimai Bee

Setiap kali perhelatan akbar piala dunia sepak bola digelar, selalu timbul tanda tanya besar di benak. Kenapa negara tercinta kita Republik Indonesia hingga saat ini belum pernah ikut berkompetisi di ajang internasional itu? Dulu pernah, sewaktu zaman Hindia Belanda.

Padahal sepak bola adalah olahraga paling digemari di negeri ini. Semua kalangan, baik tua, muda, miskin hingga kaya. Hampir semua mencintai sepak bola, dari pelosok daerah hingga ibu kota. 

Negara kita juga memiliki kompetisi liga sepak bola yang tak kalah mentereng dibandingkan dengan negara lain. Setiap pertandingan selalu ramai penonton dan suporter yang fanatik. 

Meski begitu, jumlah penggemar sepak bola di tanah air berbanding terbalik dengan prestasi Tim Nasional Indonesia. Bisa dihitung berapa kali tim negara kita menjuarai kompetisi skala internasional, baik dalam piala AFF, AFC dan FIFA. 

Miris menurut kaca mata saya sebagai orang awam. Karena dengan 275 juta jiwa penduduk negara ini, seharusnya banyak sumber daya manusia berbakat yang bisa dilatih untuk menjadi pesepak bola handal. 

Berkaca dari itu, saya menyoroti pembinaan sepak bola yang ada di sekitar. 

Kebetulan saya mempunyai anak tiga orang anak laki-laki. Mereka semua berminat menjadi pemain sepak bola profesional. Sebagai orangtua yang mendukung cita-cita buah hati, kami mendaftarkan mereka ke Sekolah Sepak Bola (SSB). Masing-masing dimulai dari usia tujuh tahun. 

Namun, banyaknya SSB ternyata bukan jaminan terciptanya pemain-pemain mumpuni. Saya perhatikan ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain: 

1. Tidak semua SSB yang aktif dan mempunyai agenda pembinaan usia dini. 

2. Masih banyak pelatih usia dini yang belum memiliki lisensi. Dalam hal ini, kurangnya dukungan dari PSSI untuk penyegaran ilmu kepelatihan. Pelatih yang berpendidikan tentunya lebih kompeten dalam membina dan mengasah bakat-bakat pemain muda. 

3. Minimnya sarana dan prasarana SSB. Dapat dilihat dari bola yang tidak layak pakai, tidak ada cones, gawang ukuran kecil, rompi dan lain-lain. Sehingga proses latihan tidak maksimal. Lapangan sepak bola juga banyak yang tidak terawat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline