Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Puisi Penuh Rindu

Diperbarui: 15 November 2020   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto kenangan terakhir bersama Bapak Mertua (Dok.pribadi)

Pada kilasan masa lalu yang berpendar kelabu
Menghirup Sukma melayang dalam sebuah kabut nan mengharu biru
Masihkah kau ingat kala pertama kita bertemu
Saat sesosok gadis polos membawaku tuk menghadap kau dan ibu

Suatu pagi menjadi awal sebuah rangkaian cerita
Dari sebuah desa nun jauh di pulau jawa
Melintasi jalan panjang menuju ke ibu kota
Tuk bersua kekasih sang putri tercinta

Sosokmu penuh guratan peristiwa
Menggambarkan pahit getir mengarungi samudera dunia
Ketegaranmu ingatkanku pada sosok lelaki
Yang pernah hadir dan dampingiku saat hadir di bumi

Kota gaplek tlah jadi saksi abadi
Sebuah janji setia dua insan manusia
Dalam sembah takzimku padamu
Kulingkarkan cincin pengikat pada jemari gadismu
Biarkan aku menjadi imam dan penerus keturunanmu

Dan pada saat lelah menghampiri
Takdir tlah datang menjemputmu tuk menghadap Illahi
Bebaskan kau dari belenggu sakit yang menyiksa diri
Tak sempat kuucapkan sepatah kata tuk mengantarmu di akhir hari
Hanya suara terakhirmu yang masih kudengar terngiang di telinga ini

Andai pandemi tak mencengkram negeri
Pasti aku akan berlari menghampiri
Menanti petuah terakhirmu
Sebelum ajal membawamu berlalu

Dan kini aku menatap penuh rindu
Pada selembar kertas bergambar kau dan aku
Pak, izinkan aku menenangkan hatimu
Akan kubawa putrimu mengarungi ganasnya dunia
Hingga kita kelak berjumpa di nirwana


Semoga tenang engkau dalam tidur panjangmu disana

Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline