Lihat ke Halaman Asli

Mahendra Paripurna

Berkarya di Swasta

Saat Kau Menua, Siapa yang Akan Merawat dan Mengantarmu di Kala Sakit?

Diperbarui: 5 November 2020   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Hari Minggu kemarin kebetulan saya terpaksa harus mengunjungi sebuah rumah sakit. Salah satu tempat yang sebenarnya sangat ingin saya hindari di saat pandemi karena rentan dengan penularan virus Covid 19. Tapi apa boleh buat, jika harus ditunda lagi sakit pada jari tangan ini rasanya sudah tak mungkin tertahan lagi.

Setelah paginya melakukan pendaftaran melalui telepon, saya diberitahu bahwa jadwal dokter yang saya tuju baru akan ada pukul 10 pagi. Pagi ini saya akan bertemu dengan dokter spesialis orthopedi untuk memeriksakan jari tangan kiri saya yang sudah sejak beberapa minggu yang lalu mengalami sakit jika untuk ditekuk dan jika berhasil ditekuk malah sulit jika harus diluruskan kembali.

Dengan berkendara sendiri, jam 10 kurang 10 menit saya sampai di sana. Setelah mengambil print pendaftaran saya menunggu di depan ruangan praktek dokter. Ternyata sudah banyak pasien yang menunggu di sana.

Tak berapa lama suster keluar dan menempelkan daftar nama pasien yang akan berobat. Dan saya berada di urutan 65, alamat bakal lama ini menunggunya. Dari susternya para pasien diberitahu bahwa dokternya masih belum datang

Saya baru sadar ternyata mayoritas pasien yang mengantri adalah pasien usia lanjut. Saya termasuk salah satu pasien yang berusia muda. Mungkin karena dokter spesialis ini memang banyak dikunjungi pasien usia tersebut yang sudah mulai mengalami masalah berkaitan dengan tulang mereka.

Pasien yang berusia muda bisa dihitung dengan jari. Seorang laki-laki yang duduk diujung pintu keluar kelihatannya habis mengalami kecelakaan. Terlihat dari perban yang melibat telapak kaki dan tangan kanannya. Terpincang-pincang ia saat berjalan di dampingi salah satu keluarganya.

Seorang wanita muda yang duduk tak begitu jauh menarik perhatian saya. Cantik. Dengan pakaian ketat berdada rendah yang sepadan untuk tubuhnya. Tapi bukan karena hal itu tentunya yang membuat saya tertarik membuka percakapan. Yah, lebih untuk mengurangi jenuh saja selama menunggu.

"Mau berobat juga ya Mbak. Sakit apa?"
Wanita muda itu menoleh, dari tarikan matanya sepertinya ia tersenyum di balik masker yang menutupi bibirnya.


"Eh. Nggak. Saya mau mengantar ayah saya berobat" ujarnya.


"Lho. Ayahnya?" saya menengok kanan kiri mencoba mencari yang mana kira-kira ayahnya. "Saya dari tadi rasanya tidak melihat Mbak datang berdua."


"Wah. Mas dari tadi ternyata memperhatikan saya ya" ucapannya membuat saya menggaruk kepala yang tidak gatal. "Saya memang tadi datang sendiri untuk mendaftarkan ayah saya sekaligus menunggu antrian. Kasihan Mas, ayah saya sudah sepuh kalau harus menunggu lama disini"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline