Lihat ke Halaman Asli

Mengajarkan Empati Pada Balita

Diperbarui: 13 November 2019   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak yang tidak mampu mengembangkan rasa empati dia akan menjadi orang yang tidak peduli dengan lingkunganya.

Menurut pakar parenting dan penulis buku, Unselfie: Why Empathetic Kids Succeed in Our All-About-Me World, Michele Borba, Ed.D., memiliki rasa empati mampu membuat anak menjadi sukses dan selalu Bahagia.

Laura Padilla Walker, Asisten Profesor di School of Family Life, mengatakan bahwasanya empati memiliki hubungan erat dengan perilaku moral kita. Rasa empati mendorong kita untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan kita. Walaupun secara rasional tidasehingga muncul rasa empati pada diri anak.k diperlukan

CNNIndonesia menulis, empati merupakan kejadian yang saling berhubungan dan melibatkan beberapa komponen keterampilan. Yaitu rasa kesadaran pada diri kita untuk mampu membedakan perasaan diri  sendiri dan perasaan orang lain. Dimana anak mampu menempatkan  semuanya pada tempatnya Sayangnya, empati bukan sifat turunan. Tetapi sifat empati perlu kita ajarkan sejak usia dini. Kita harus sering memberi stimulus pada anak. Agar tumbuh rasa empati pada anak.

Ada dua faktor penting untyk mengembangkan rasa empati apada anak. Pertama, peran dari orang tua yang merupakan keluarga pertama dari sang anak. Kedua, mengajaari anak sejak usia dini. Mengajari balita memang tidak mudah. Namun, bukan berarti kita tidak usah mengajarinya. Justru mengajari anak dari usia dini lebih bagus. 

Penelitian memaparkan, anak berusia 6 bulan sudah mampu mengetahui mana sikap baik dan buruk. Ketika beranjak usia 18 bulan anak mampu menunjukkan rasa peduli terhadap lingkunganyan dengan memberi bantuan secara nyata. Mengajarkan empati sejak balita, menurut Walker, memiliki dua keuntungan. Membuat orang tua menjadi terbiasa dan lebih jeli untuk memanfaatkan momen-momen belajar empati untuk anak. Kedua, memberi kesemapatan pada anak untuk bisa belajar mandiri.

Rasa empati anak akan muncul ketika berusia 8-9 tahun, orang tua agar selalu memberi stimulus pada anak, untuk mengasah rasa empati pada anak, dengan melatih emosional anak dan memberikan contoh yang nyata.  Ada berbagai cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menanamkan  empati pada anak. Orang tua perlu memahami tingkah laku anak, membiarkan anak bebas berekpresi.

Carol Anne Wien, Ph.D., profesor di York University, Toronto, mengatakan orang tua mampu menjelaskan dari ekpresi anak, mulai dari senang, sedih, marah, dll.  Hindari mengatakan "jangan sedih" pada anak,  berdialoglah pada anak jika dia bersedih, tanyakan kenapa dia bersedih, apa penyebab membuat anak menjadi sedih.

Parents, menulis memberikan contoh pada anak itu penting, maka orang tua harus memberikan contoh agar anak mampu berempati pada lingkunganya, tunjukkap pada anak cara memnenangkan orang lain ketika tertimpa musibah, berikanlah contoh dengan bicara yang lembut pada anak. Maka anak akan meniru apa yang kita contohkan kepada anak kita. 

Agar menyadari bahwa perasaan orang lain juga penting, ajak anak kita berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Jadikan kegiatan empati menjadi hal ynag tidak membosankan bagi anak. Pkar psikologi Pendidikan dan sekolah dari universitas Indonesia, Dr. Tjuf Rifameutia Umar Ali menyarankan agar kita sering membawa anak bermain di luar rumah. Seperti taman, kebun binatang, kolam renang, museum, dll.

Melakukan kegiatan diluar rumah tidak hanya untuk berlibur, tetapi ada tujuan lagi untuk memngembangkan karakter anak ketika diluar  rumah. Anak perlu dikenalkan lingkungan diluar rumah untuk mengasah kemmapuan anak dalam berempati pada lingkungan sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline