Mohon tunggu...
mafazatun nurul izzah
mafazatun nurul izzah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

pend.islam anak usia dini / UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajarkan Empati Pada Balita

12 November 2019   23:59 Diperbarui: 13 November 2019   00:12 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dr. Tjut mengatakan kepada Republika, jika anak dibiarkan dirumah saja, lama-kelamaan anak tidak akan peduli dengan lingkungan diluar rumahnya dan ketika dewasa akan sulit mengajarkan rasa empati itu. (silaen.https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/mengajarkan-empati-pada-balita. akses10november2019).

Adapun cara agar anak mampu berempati.  Jakarta- jika anak sedang menangis dan marah-marah, apa yang dilakuka oleh ibu? Kebanyakan ibu-ibu berusaha untuk menghentikan tangisan anaknya. Padahal dengan cara itu malah membuat anak tidak mampu mengembangkan rasa empatinya. " dengan anak usia dini sekolah, orang tua dianjurkan untuk selalu memantau anaknya, karena adakaitanya dengan perkembangan empati pada anak ". Kata penulis dari India Raksha Bharasia mengutip tulisan Clarke Stewart dalam bukunya Daddy Makes Thee: The Fathers Impact on Mother and Young Child. Dalam bukunya, Roots and Wings, Raksha menjelaskan bahwasanya empati merupakan kemampuan seorang anak dalam menempatkan dirinya dalam posisi orang lain dan berfikir dengan sudut pandang orang lain. Pada saat berempati, kita tidah menilai, mengkritik, atau berfikir negatif.

 " Empati mengubah kualitas  kehidupan kita dan lingkungan kita. Anak yang berempati cenderung mampu berteman dengan baik dan mudah bergaul dengan orang yang tidak dikenal, dan dia juga mampu memahami perasaaan orang lain, dan suka tolong menolong", tambah  Rakhsa.

Selama bertahun-tahun, kata Rakhsa, para ilmuwan berpendapat bahwasanya anak lebih peduli dengan perasaan  dan dirinya sendiri, dan itu tidak benar. Penelitian menunjukkan pada anak yang berusia 2 tahun, anak sudah mulai mengembangkan rasa peduli terhadap orang lain, dan dia ingin menghibur orang tersebut. Selanjtnya bagaimana rasa empati itu dapat berkembang? Rikhsa berkata bahwasanya anak adalah peniru ulung.

psikolog klinis Carl Rogers menyatakan bahwa ketulusan merupakan prakondisi untuk semua empati. Untuk menunjukkan rasa empati kita harus mencoba berda di balik jiwa orang lain dan memahami perasaan orang lain. Kita Mengajari anak berempati  ketika anak berbicara dengarkan terlebih dahulu, jangan sampai kita memotong omongan anak, dari situ anak akan merasa kita menuduh atau menghakimi anak tersebut.

Rakhsa mengingatkan orang tua juga harus berada dalam posisi orang lain, tidak hanya kita mengajari anak untuk berada diposisi orang lain saja.  Berikan penjelasan dengan kata-kata sederhana kepada anak agar dia mudah memahami omongan kita

Adapun beberapa praktik yang bisa diterapkan untuk mengajarkan anak bermpati.

  • Hindari memberi hukuman fiisk pada anak, dan berbicara dengan nada mengancam anak.
  • Terapkan konsekuensi pada anak  terhadap apa yang dilakukan anak.
  • Hindari memberi anak reward secara berlebihan.

  • Untuk mengajari anak berempati, psikologi Novita Tandry berkata orang tua sebagai peran penting untuk perkembangan anak, terutama seorang ibu yang pertama kali dilihat oleh anak. " seorang ibu patut menjadi contoh bagi anaknya, ibu harus memberikan contoh yang baik agar bisa dikuti oleh anaknya, sehingga menjadi kebiasaan anak juga" Kata Novia.
  • (Febrida. https://www.haibunda.com/parenting/20181202181832-62-29644/cara-agar-anak-tumbuh-jadi-orang-yang-berempati  Akses 10 november 2019)      

Peran kakak adik juga penting dalam mengasah empati anak. Orang tua selalu berusaha mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada anaknya, mulai dari  melatih kejujuran anak hingga rasa empati pada anak. Disini orang tua jangan khawatir sebab ada bantuan untuk mengatasi ini semua.

Sebuah studi meneukan bahwasanya saudara kandung saling mengajarkan empati pada saudara lainya, dan ini bukan satu-satunya  cara kaka dan adik saling memengaruhi perkembangan mereka.

Peneliti dari University of Calgary, Universite Laval, Tel Aviv University, dan University of Toronto menemukan bahwa kakak dan adik harus saling mememngaruhi antara yang satu dengan yang lain, saling melengkapi dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh saudaranya.

Dinukil The Conversation, studi yang diterbitkan dalam Child Development, dia mengamati dari ratusan kakak adik di kanada Bersama ibu mereka meneliti tingkat ukuran rasa empati dari adik dan kakak tersebut. Mereka mengamati bagaimana kontribusi antara adik kakak tersebut. Ternyata saudara kandung mulai memeperlihatkan pengaruhnya antara satu dengan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun