Lihat ke Halaman Asli

mad yusup

menggemari nulis, membaca, serta menggambar

Sinema dan Mentalitas Kita

Diperbarui: 5 Agustus 2020   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi tayangan televisi. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Mungkin banyak yang bosan membahas dan mendengar tentang acara-acara televisi yang  dianggap tidak mendidik seperti sinetron atau pun film televisi dan sejenisnya. 

Tahu kenapa? Karena kita kadung sudah tidak berharap banyak pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang pengawasannya menitikberatkan pada hal-hal pornografi tapi lupa pada hal-hal esensi. Oke, kita lupakan dulu kinerja KPI.

Sinema, baik layar lebar maupun televisi bukan sekedar hiburan di akhir pekan semata, akan tetapi, juga penggambaran realita bahkan angan-angan idealisme setiap orang.

Bagusnya tema-tema film bioskop oleh para sineas kita, sayangnya kurang diikuti oleh para sineas yang bergerak di ranah sinema elektronik (sinetron). 

Meskipun ada beberapa pengecualian seperti: Si Doel Anak Sekolahan, Bajay Bajuri, Preman Pensiun, Ok Jek, dan Tukang Ojek Pengkolan yang sekarang jalan ceritanya malah kedodoran.

Yang lebih parah lagi adalah sinetron yang kerap dilabeli sebagai 'sinetron religi' namun malah merendahkan makna religiusitas itu sendiri. Pemaknaan tekstual yang begitu hitam putih dan instan, akhirnya menciptakan mentalitas halu.

Semangat Nasionalisme

Media hiburan berupa film merupakan sarana yang ampuh dalam penyampaian pesan, termasuk pesan nasionalisme. Di kala semangat nasionalisme sekarang ini menjadi barang yang langka. 

Cobalah mulai dengan hal-hal yang receh dulu. Tidak perlu propagandis seperti kawan-kawan demonstran yang gemar mengusung bendera namun berujung jadi alas duduk kala istirahat. Meminjam istilah Aa Gim, mulailah dari hal-hal yang kecil.

Mungkin ini hal sepele yang kadang luput dari perhatian kita. Tapi, cobalah perhatikan film-film Hollywood, baik film serial maupun layar lebar. Selalu ada dalam alur rangkaian cerita, satu scene yang meski selintas dan tidak difokuskan terlihat bendera Amerika. 

Entah di pojok meja, di sudut ruangan, atau latar pertemuan di gedung pemerintahan. Termasuk dalam genre film-film super hero macam The Avenger. Tidak mesti besar dan menyolok seperti bendera Inggris yang digunakan sebagai parasut-nya James Bond.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline