Lihat ke Halaman Asli

Madinatul Munawwaroh

Ahli gizi yang menulis

Anemia pada Remaja Putri: Bukan Masalah Lemas Saja

Diperbarui: 13 Juni 2021   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Anemia masih menjadi masalah gizi yang banyak terjadi di seluruh dunia.

Anemia diperkirakan terjadi pada 30% populasi dunia, terutama di negara berkembang (WHO, 2011).

Masalah anemia bisa menjangkit pada siapa saja dan tidak kenal gender maupun usia, namun anemia biasanya banyak terjadi pada ibu hamil dan remaja putri. Hal ini dikarenakan wanita memiliki risiko paling tinggi akibat kondisi tubuh seperti menstruasi. Akan tetapi, remaja putri memang yang paling krusial dalam masalah anemia.

Dari data Riskesdas pada tahun 2013-2018, anemia pada remaja putri justru mengalami peningkatan dari 37,1% menjadi 48,9%, dan hal ini terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun serta 25-34 tahun. Lalu, mengapa anemia pada remaja merupakan masalah yang harus diatasi?

Pertama, remaja putri (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami anemia. Padahal mereka merupakan generasi masa depan bangsa yang nantinya akan menentukan generasi berikutnya.

Kedua, anemia bisa berpengaruh pada status gizi dan status kesehatan remaja putri. Padahal, status gizi remaja putri atau pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu nantinya.

Ketiga, ketika seorang ibu mengalami masalah anemia lalu tidak teratasi, maka hal ini akan berpengaruh pada keselamatan dan juga kesehatan bayi yang dilahirkannya. Bayi yang terkena anemia akan terganggu tumbuh kembangnya, dan hal ini akan menjadi lingkaran setan apabila bayi tersebut adalah seorang perempuan yang ketika tumbuh dewasa menjadi tidak produktif, lalu menikah, hamil, dan melahirkan anak dengan kondisi anemia yang sama.

Lalu, bagaimana caranya memutus lingkaran setan tersebut?

Hal yang pertama kali harus kita lakukan adalah memastikan remaja putri memiliki akses untuk kesehatan.

Pemerintah sejak tahun 1997 bahkan telah menyadari untuk melakukan intervensi pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan sasaran wanita usia subur (WUS) dan remaja putri. Hal ini dikarenakan intervensi yang dilakukan pada saat hamil tidak dapat mengatasi masalah anemia secara menyeluruh.

Program penanggulangan anemia gizi besi pada WUS termasuk remaja putri bertujuan untuk mempersiapkan kondisi fisik wanita sebelum hamil agar siap menjadi ibu yang sehat, dan pada waktu hamil tidak menderita anemia. Program penanggulangan anemia gizi pada WUS ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) (Depkes, 2003; Bappenas, 2012).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline