Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Tragedi Jatuhnya Pesawat QZ8501 pada Pelaporan Keuangan Air Asia…

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Semua orang pasti sudah tidak asing lagi dengan maskapai Air Asia ,yakni salah satu maskapai penerbangan yang terkenal dengan tarif murahnya. Dengan slogannya “now, everyone can fly” yang berarti Air Asia ingin mewujudkan impian semua orang untuk dapat menikmati layanan Semua orang pasti sudah tidak asing lagi dengan maskapai Air Asia ,yakni salah satu maskapai penerbangan yang terkenal dengan tarif murahnya. Dengan slogannya “now, everyone can fly” yang berarti Air Asia ingin mewujudkan impian semua orang untuk dapat menikmati layanan penerbangan dengan harga terjangkau. Berbagai penghargaan yang telah diraih AirAsia telah membuktikan bahwa maskapai ini merupakan salah satu penerbangan terkemuka di Asia.
Tahun 2014 merupakan tahun terberat bagi maskapai penerbangan Air Asia. Pertama kalinya maskapai ini mengalami insiden kecelakaan yang terjadi pada tanggal 28 Desember 2014. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya menuju Singapore telah menewaskan seluruh penumpang pesawat dan awak pesawat yang jatuh di selat karimata Indonesia. Hal ini merupakan salah satu bentuk resiko bisnis yang semua dialami oleh setiap maskapai penerbangan, termasuk AirAsia. Berikut resiko-resiko bisnis lainnya yang mungkin saja terjadi dalam menjalankan operasional maskapai penerbangan:
Resiko Bisnis Perusahaan Maskapai Penerbangan
1. Menurunnya penjualan tiket pesawat, disebabkan munculnya para pesaing baru.
2. Kerusakan mesin pesawat
3. Cuaca buruk yang terjadi selama proses penerbangan pesawat.
4. Besarnya kemungkinan kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan
5. Kecelakaan pesawat terbang
6. Kebakaran
7. Bencana alam
8. Melemahnya nilai tukar mata uang asing
9. Munculnya penipuan yang mengatasnamakan AirAsia
10. Turunnya harga saham disebabkan oleh tidak stabilnya kondisi harga saham pasar modal,dsb
Pada saat tanggal kejadian tersebut, Air Asia telah disibukkan dalam membuat laporan keuangan tahun 2014. Peristiwa yang dialami oleh Air Asia bukan dikatakan sebagai peristiwa sebelum atau sesudah periode pelaporan keuangan, namun bisa dikatakan sebagai peristiwa kontijensi yakni suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi pada suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Transaksi kontijensi belum dapat mempengaruhi posisi dalam neraca dan laba rugi perusahaan. kontijensi sebenarnya tidak dapat dinyatakan dalam laporan keuangan apabila nilai transaksi kontijensi tidak materiil.
Air Asia tidak sepenuhnya dirugikan, dikarenakan adanya jaminan asuransi yang siap menanggung segala kerugian yang di alami. Dari tragedi yang terjadi memugkinkan akan berdampak pada laporan laba rugi perusahaan. salah satunya Air Asia akan menanggung biaya-biaya administrasi dari keterjadian tersebut. Sampai saat ini (16 januari 2015) belum dapat diprediksikan atau dipastikan berapa kerugian finansial yang dialami air asia terhadap kecelakaan tersebut. sehingga tidak akan mempengaruhi posisi keuangan secara keseluruhan pada tahun 2014.
Akibat dari peristiwa ini, saham Air Asia turun signifikan. Terbukti anjloknya harga saham AIRA hingga 8,5 persen yang terdaftar di Kuala Lumpur Composite Indeks (KLCI) pada tanggal 29 Desember 2014. Hal ini tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama, karena hanya sebagai faktor sentimen sesaat. Investor akan bersikap rasional dan akan membeli lagi saham AIRA jika harga per lembar saham terlampau murah dan kinerja operasional dan keuangan Air Asia sudah membaik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline