Lihat ke Halaman Asli

Mas Yunus

TERVERIFIKASI

Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Petik Kearifan Budaya Lokal Keraton Yogyakarta

Diperbarui: 25 Desember 2016   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Sisi Bangunan dari Keraton Yogyakarta/Dok. Pribadi

Laman utama Google sejak hari Jum'at kemarin (23/12/2016), menampilkan ikon Google Doodle dengan ilustrasi tematik “musim liburan!”.

Setiap menikmati musim liburan, pasti ada pelajaran berharga. “Dunia layaknya buku, dan bagi mereka yang tidak melakukan perjalanan, berarti hanya membaca satu halaman saja”, demikian Saint Augustine menyuguhkan betapa travelling itu perlu.

Ya, begitulah. “Dari Biara di Atas Bukit, Memburu Sunset Parangtritis” berhasil menghiasi halaman pertama perjalanan awal kami. Halaman selanjutnya, berisi secuil mutiara kearifan budaya yang saya dapatkan selama berkunjung ke Keraton Yogyakarta, seperti saya tuturkan berikut ini.

Desember di Keraton Yogyakarta

Di bulan Desember yang hangat, mentari belum sempurna menyemburkan cahaya teriknya. Usai sarapan di Hotel Limaran tempat menginap, kami bergegas menuju Keraton Yogyakarta.

Untuk sampai di lokasi, kami melangkahkan kaki sejauh sekira 250 dari ujung gedung Bank Indonesia (BI) Yogya, tempat bus pariwisata parkir.

Pohon-pohon beringin dengan akarnya yang bergelantungan, seolah menyambut kedatangan kami. Begitu juga saat melintasi alun-alun, terlihat di tengah lapangan sudah berdiri tegak pohon beringin kembar. Di sebelah alun-alun, berdiri bangunan Masjid Agung. Tak jauh darinya, berdiri Museum Sonobudoyo, dll.

Jalan kaki menyusuri jalan menuju Keraton Yogyakarta/Dok. Pribadi

Melewai depan Museum Sonobudoyo/Dok. Pribadi

Tak ketinggalan, bendi-bendi dan becak-becak khas Yogya, ikut berebut menyambut para wisatawan di jalanan. Demikian halnya dengan para penjaja makanan dan aneka souvenir.

Bendi (dokar) saat melintas di jalan sekitar alun-alun/Dok. Pribadi

Becak becak berjajar di pojok Jalan Rotowijayan/Dok. Pribadi

Aneka penjaja makanan dan souvenir di dekat pintu masuk Keraton/Dok. Pribadi

Usai membeli tiket masuk, seorang pemandu wisata siap menyertai rombongan kami. Untuk mendapatka izin memotret, saya mendapatkan tanda pengenal khusus, hanya dengan tambahan beaya sebesar Rp 1.000 (seribu rupiah).

Begitu memasuki pintu gerbang, tampak sebuah istana Jawa berarsitektur indah, Keraton Yogyakarta. Istana ini disebut-sebut sebagai istana Jawa yang ideal dengan desain terbaik.

Suasana di Sekitar Kompleks Keraton Yogyakarta/Dok. Pribadi

Halam luas dan rindang di dalam kompleks istana/Dok. Pribadi

Disebut demikian, karena istana ini memiliki arsitektur lengkap dan tertata rapi. Istananya memiliki balairung-balairung mewah, dilengkapi dengan paviliun dan lapangan yang luas. Tumbuh beberapa pepohonan rindang di halaman kompleks Keraton.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline