Lihat ke Halaman Asli

Trimanto B. Ngaderi

Penulis Lepas

Filsafat Menanam Padi: Mundur untuk Maju

Diperbarui: 1 Maret 2016   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

FILSAFAT MENANAM PADI: MUNDUR UNTUK MAJU

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

 

Bagi orang Jawa, segala sesuatu memiliki maknanya tersendiri. Baik itu berupa ucapan, perbuatan, kebiasaan, fenomena sosial, maupun fenomena alam semesta. Semuanya mengandung filosofi yang spesifik. Orang Jawa memiliki nilai, keyakinan, kesadaran, pengetahuan yang terejawantahkan dalam ilmu Jawa (ngelmu Jowo).

Ilmu Jawa ada yang tersurat, ada pula yang tersirat. Ada yang berupa pesan-pesan langsung, ada pula yang diwujudkan dalam berbagai simbol tertentu. Dan memang, orang Jawa sangat suka akan simbol-simbol (perlambang) untuk menyampaikan pesan-pesan. Akan tetapi, sekarang ini banyak ilmu Jawa yang sudah tidak diketahui oleh orang Jawa sendiri, bahkan sebagian (besar) telah ditinggalkan.

Salah satu contoh ilmu Jawa adalah ngelmu tandur (ilmu menanam padi). Menanam padi tidak sekedar menancapkan benih padi di tanah, setelah itu selesai. Tidak sesederhana itu menurut pengetahuan Jawa. Tandur adalah laku hidup, yang pada setiap bagian atau rangkaiannya memiliki makna atau hikmah tersendiri.

Berikut beberapa di antaranya:

1.      Tandur itu harus dilakukan secara mundur

Kalau secara maju, tentu padi yang sudah ditanam akan terinjak-injak dan rusak. Walaupun mundur, sebenarnya mereka maju, dalam arti nantinya petani akan memperoleh kemajuan. Yaitu akan memanen padi, akan bisa makan nasi, atau padinya dijual untuk kebutuhan lainnya.

Demikian halnya dalam hidup, adakalanya kita harus mundur (mengalah). Mengalah untuk menang, mengalah untuk kebaikan bersama. Suami-istri yang sering bertengkar biasanya karena kedua-keduanya selalu ingin menang, tiada yang mau mengalah. Juga sering adanya tawuran pelajar, perang antarkampung, bahkan perang antarnegara; karena didasari nafsu ingin menang dan mengalahkan yang lain.

2.      Tandur itu harus dilakukan dengan njengking (merunduk)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline