Lihat ke Halaman Asli

Pernah Bukan Berarti

Diperbarui: 1 Agustus 2021   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.twitter/@kulturtava

Perempuan itu pernah gagal mengakhiri patah hati, bukan berarti harus selalu gagal. Ia benar perempuan dewasa yang payah bukan berarti tak bisa bertumbuh dengan riap. Saat lagi-lagi tak mampu menghambarkan diri dari keinginan-keinginan yang keliru, itu bukan bicara tentang  kesengajaan. Lebih kepada, sensitif yang kebablasan.

Saat cinta berujung salah perempuan itu pernah,
Membuat bumi gelap pada hari cerah
Mengalami hari-hari yang pahit pedih
Seperti Burung yang terperangkap dalam jerat
Juga seperti Ikan yang terperangkap dalam jala yang mencelakakan
Bahkan bak gelembung dan Kupu-kupu yang sayapnya patah.

Kemudian, ketika perempuan itu gagal menerjemahkan cinta.
Ia pernah,
Merasakan ratapan yang seharusnya tidak dirasakan
Menjadi perusak dan membunuh ketenteraman hatinya
Menciptakan rahasia demi rahasia yang berbahaya di pagi dan malamnya.
Bersimpuh dalam hasrat yang menggoda.
Bertahan dalam keegoisan.

Kemarin, ia mendapatkan percakapan yang berenergi.
Pernah bukan berarti harus selalu jatuh pada waktu yang malang. Sulit pasti. Tetap harus berusaha membaca diri sendiri. Mungkin perempuan itu terlalu kesepian. Bukan mungkin, ia sengaja melupa tentang hakikat hidup dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kesepian. Seharusnya perempuan itu tidak begitu, begitulah saat tidak bisa berdamai dengan keadaan.

Jatuh, patah, dan lesap dari kebenaran.

Perempuan itu pernah bersama sebuah kisah tentang kekalahan. Pernah bukan berarti harus, harus selalu kalah-mengalah pada kemalangan.

***
Rantauprapat, 31 Juli 2021
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline