Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Jilbab dan Obsesi untuk Mengatur Tubuh Perempuan

Diperbarui: 8 Agustus 2022   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perempuan berjilbab-photo by Janko Ferlic from pexels

Seorang siswi SMAN 1 Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dikabarkan mengalami depresi akibat pemaksaan penggunaan jilbab di sekolahnya. Kejadian itu bermula ketika siswi kelas 10 tersebut dipanggil ke ruang bimbingan konseling (BK) oleh beberapa guru pada 19 Juli 2022. 

Di ruang BK, ia ditanyai oleh gurunya mengapa tidak memakai jilbab padahal siswi itu beragama Islam. Siswi tersebut sudah menjelaskan dengan jujur bahwa ia belum mau memakai jilbab. Namun, ia tetap diinterogasi hingga merasa dipojokkan. Ia juga sempat dipakaikan jilbab oleh gurunya dan merasa tidak nyaman. 

Ini bukan kali pertama pemaksaan pemakaian jilbab di sekolah negeri terjadi. Setahun yang lalu, kejadian serupa dialami oleh siswi SMKN 2 Padang, Sumatera Barat. Padahal siswi tersebut seorang nonmuslim, tapi terpaksa memakai jilbab karena aturan sekolah. 

Sebenarnya aturan tentang seragam sekolah negeri sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014. Aturan tersebut memberi pilihan bagi siswa-siswi apakah ingin menggunakan seragam pendek, panjang maupun berjilbab. 

Namun, kenyataannya, pemaksaan dan pelarangan penggunaan atribut keagamaan pada seragam sekolah negeri cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Tak ayal, di media sosial banyak yang menyuarakan untuk mengembalikan seragam sekolah negeri menjadi "seperti dulu". 

Kondisi ini berbanding terbalik dengan masa Orde Baru di mana siswi berjilbab kerap mendapat perlakuan diskriminatif. Para guru sering menolak untuk mengajar jika ditemukan siswi berjilbab di kelasnya. 

Mereka yang menolak untuk menanggalkan jilbabnya bisa dikenakan sanksi, seperti skorsing bahkan terancam dikeluarkan dari sekolah. 

Pemaksaan dan pelarangan jilbab atau pakaian tertentu pada perempuan di beberapa wilayah, bukan hanya dapat dibaca sebagai masalah intoleransi, melainkan mengandung pesan tersirat betapa kita kerap terobsesi untuk mengatur dan menundukkan tubuh perempuan. Bahkan, dalam beberapa kasus juga diwarnai dengan tindakan represif. 

Aturan Berpakaian Kaum Perempuan Dari Masa ke Masa

Obsesi mengatur tubuh perempuan, salah satunya dilakukan dengan mengatur pakaian perempuan. Sejak kecil, anak perempuan selalu diberitahu untuk berpakaian yang sopan ketika keluar rumah. 

Anak perempuan kerap diingatkan untuk tidak memakai pakaian ketat dan minim karena dapat mengundang nafsu lawan jenis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline