Lihat ke Halaman Asli

Niken Marth Lumowa

Pegawai Swasta

Perahu di Tengah Telaga Kerapuhan (1)

Diperbarui: 8 April 2019   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perjalananku kembali ke tempat asalku, selalu memberi kenangan tersendiri,  banyak perubahan yang terlihat di sepanjang perjalanan dari bandara menuju rumah masa kecilku yang jaraknya lumayan jauh.  Penghijauan dan taman  menghiasi sepanjang jalan yang kulalui dan mataku tak mau lepas menatap  pemandangan yang hijau dan teduh meski rasa kantuk meredupkan mataku sedikit demi sedikit.

Liburan di kota asalku, banyak aku habiskan untuk menjelajahi  tempat-tempat wisata baik yang ada di dalam kota maupun yang berada di luar kota. Reuni bersama dengan teman-teman lama kadang tidak bisa aku penuhi semuanya, tapi hanya satu teman yang wajib aku temui setiap kali aku pulang ke kota asalku,   "Bunga" panggilanku ke dia,  aku dan Bunga kalau mau bertemu  tidak di caf atau mall,  tapi kami selalu membuat janji pertemuan di gereja, tepatnya di taman gereja yang dipenuhi pohon-pohon yang rindang.

Siang itu, suasana di taman gereja sunyi dan teduh, tidak banyak orang yang bedoa di kapel taman gereja, hanya ada beberapa orang saja, suasana yang sama yang pernah kualami  beberapa tahun silam saat aku dan temanku "Bunga" masih remaja, kami sering ngobrol dan berdoa di kapel taman gereja setelah pulang sekolah.   Aku begitu larut dalam kesunyian di taman gereja, suara kerikil yang terinjak kaki, membuatku memalingkan wajah ke arah suara itu, dan aku langsung berteriak memanggil nama..."Bunga!!!!"....sosok wanita yang kutunggu sudah datang, dia tersenyum, senyum yang selalu menghiasi kehidupannya ...

Bunga:   "Ken, jangan berisik, ini di gereja, (sambil memelukku)

Aku:   "pha kabar Bunga, sudah lama ya kita tidak ketemu,....lho anakmu "Ester" (panggilan anaknya Bunga), kok ngak diajak, kataku sambil mengamati badannya yang semakin kurus.

Bunga;   " Ester lagi di sekolah, nanti aku jemput agak sore karena Ester ada eskul di sekolahnya", kata Bunga. (sambil memalingkan wajahnya dari hadapanku, seolah dia tidak ingin aku tahu perubahan di wajahnya)... "Ester baik-baik saja" Ken!, .... seperti biasa dia selalu ceria, keceriannya dan perasaan bersalahku  yang amat sangat  sejak aku hamil sampai Ester memasuki usianya akil balig,  membuat hidupku semakin tertekan.

Aku:  "Kamu harus kuat Bunga, jangan pernah berhenti berharap",  kalian berdua sudah ditakdirkan Tuhan untuk tetap selalu bersama, tetaplah kuat dan berjuang meski rasa putus asa selalu membayangi hidupmu.

Bunga:  "Hidupku dan hidup anakku hanyalah soal waktu, sampai saat ini anakku Ester belum tahu apa yang terjadi di dalam hidupnya. Keceriaan Ester membuatku semakin terpuruk dalam kerapuhan dan penyesalan yang amat sangat sampai  membungkam mulutku setiap ingin mengatakan sesuatu kepada anakku,   Aku begitu rapuh, Ken!, sangat rapuh, ....., tidak tahu  sampai kapan aku harus bertahan di dalam kerapuhanku.

Aku: "Bunga, masih ingat!...ketika  kamu diminta untuk mengugurkan kandunganmu, saat itu kamu begitu kuat meyakinkan keluargamu mau merawat bayi yang kamu kandung,...,(aku berusaha mengingatkan kembali masa lalunya, masa dimana Bunga begitu kuat pendiriannya untuk merawat bayinya)...... "Bunga", aku berusaha menyakinkan dia......, belum aku melanjutkan pembicaraanku, Bunga memelukku "aku tidak kuat, Ken"!!!!!!!

.....................................................................................................................................to be continued Part 2...................................................................................




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline