Lihat ke Halaman Asli

Niken Marth Lumowa

Pegawai Swasta

Anomali Keputusan

Diperbarui: 19 Maret 2019   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Langit tampak mendung, gumpalan awan hitam semakin lama semakin menutup pandanganku, enggan rasanya mataku berpaling menatap  barisan gedung gedung yang bertengger dengan garang melewati senja menuju gelapnya malam. Ruangan kantor sudah sepi hanya ada beberapa pegawai yang masih sibuk dengan laptopnya, dan mataku masih menatap ke luar jendela kaca kantorku......, tanpa kusadari ada seseorang yang memperhatikanku sedang berdiri di pintu, memanggilku dengan nada suara bassnya.

My bos:    sedang menatap apa Ken, kok sepertinya serius banget ..... "bisa ke ruang saya sekarang"

Aku:       "Iya pak" (dalam hatiku wah ini serius nih, my bos sepertinya mau curhat karena nada panggilannya "bisa ke ruangan saya", kalau nada panggilannya "hanya menyebut namaku" yang dibahas tentang pekerjaan").

My bos:   sambil menarik nafas dalam, my bos sepertinya berat banget mau mengatakan sesuatu, lumayan juga menunggu sekitar hitungan ke 10  jari tanganku, my bos bicara... katanya: "Niken kan sudah lama bekerja satu tim dengan saya, menurut kamu kalau saya berhenti atau diberhentikan, menurut kamu bagaimana?????

Aku:       Antara siap dan tidak siap, aku hanya menjawab, "Bapak kan punya pengalaman kerja yang bagus, saya pikir akan mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain" kataku sambil menatap matanya dengan penuh keyakinan.

My bos:  namun jawaban my bos ternyata lain di luar perkiraanku "bukan itu maksud saya", kamunya!!!, kalau saya sudah tidak bekerja lagi di perusahaan ini, "mau ikut saya di perusahaan lain" atau "tetap di sini dengan segala resiko".

Aku:       agak sedikit terkejut, aku jawab,"nanti saya pertimbangkan dulu pak", (bingung antara ikut sama my bos atau tidak)

My bos:  katanya lagi dengan suara bassnya yang agak pelan.."saya ingin Niken ikut sama saya di tempat yang baru" karena kamu tahu ritme kerja saya selama ini, segera info saya kalau sudah yakin dengan keputusanmu" katanya.

Aku:     "Iya pak" akan segera saya beritahu Bapak. Sambil aku pamitan ke luar dari ruangannya.

Ke luar dari ruangan my bos, aku masih memikirkan keputusan  mana yang harus aku pilih sepertinya aku  dihadapkan pada anomali keputusan,  semuanya beresiko antara "leave it or take it", tidak bisa diperkirakan perusahaan mana yang dapat menjaminku nyaman bekerja. Banyak pertimbangan yang harus aku kalkulasi untuk meminimalkan setiap resiko yang akan dihadapi dari sebuah keputusan.

Malam semakin larut dalam kegelapan, begitu juga kepalaku semakin larut dalam sebuah anomali keputusan,  semakin dipikirkan semakin pusing...hanya bisa diteduhkan dalam ketenangan batin dan kejernihan pikiran bersemedi dalam doa kepada Sang Pencipta Alam Semesta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline