Lihat ke Halaman Asli

Realis dalam Pandangan Hubungan Internasional Islam

Diperbarui: 17 Oktober 2019   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia yang bersifat Egois, sangatmementingkan kekuatan dan kekuasaan, Balance of Power, Struggle for Powermerupakan asumsi dasar dari Perspektif Realis dalam Hubungan Internasional.Realis sendiri muncul sesudah Perang Dunia kedua. Tokohnya yang sangatfenomenal adalah Hans J. Morgentau.

Dalam Hubungan Internasional Islam, konsepRealis terdapat dalam ayat Al-Qur'an surat Al-Baqarah:30. Ayat tersebutmemiliki arti "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yangakan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kamisenantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?, Tuhanberfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Dari sifat manusia 'membuat kerusakan danmenumpahkan darah' bisa dikaitkan kesesuaiannya dengan asumsi dasar dariperspektif realis. Dalam Hubungan Internasional Islam, dijelaskan bahwa, untukmengimbangi sifat manusia yang suka berbuat kerusakan tersebut, maka,Allah sertakan padanya seorang Rasul. Rasul sebagai utusan Allah bertugas untukmengarahkan manusia ke jalan yang benar. 

Untuk menyempurnakan seorang Rasul, Allahmembekalinya dengan sebuah ilmu dan menyampaikan segala perintah danlarangannya. Maka, manusia yang hakikatnya suka merusak ini bisa menjadikan apayang ada di alam semesta ini menjadi sebuah ilmu yang dapat dikembangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline