Lihat ke Halaman Asli

lukmanbbs

lukmanbrebes

Tiga Berpeci Ziarah Lokal ke Barat

Diperbarui: 28 Desember 2022   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga berpeci berfose dengan penulis buku kisah-kisah dari Buntet Pesantren.Dokpri

Tiga Berpeci Menuju Ziarah Lokal ke Barat 

Bertiga berpeci melangkahkan kaki dan melajukan kendaraanya, dari rencana bebeberapa hari yang lalu baru bisa terlaksana, Selasa (27/12/22) melakukan perjalanan ziarah, yang dimulai dari Mbah Rubi Klampok, Angkawijaya Losari, Mbah Idris Lumpur Losari, Sunan Gunung Jati Cirebon, Mbah Abas Buntet Pesantren Cirebon dan silahturahmi dengan penulis kisah-kisah dari Buntet Pesantren.

Perjalanan ziarah bagi penulis sendiri, sudah mulai dari kecil ketika diajak kedua orang tua, saat menjadi santri di Buntet dan di Pekalongan, sampai kuliah dan sekarang masuk didunia kerja, masih diberi kesempatan melakukan kegiatan ziarah walaupun hanya dengan teman kantor yang seprekuensi dan berjumlah tidak terlalu banyak.

Pertemanan dengan teman kerja yang sefrekuensi (kecocokan yang dimiliki seseorang dengan orang lain), membuat penulis kembali menemukan kehidupan dunia baru yang sudah dijalani sejak kecil. Ini mungkin yang disebut pertemanan dunia akhirat.

Perjalanan ziarah penulis yang dahulu dilakukan dengan sekarang sudah sangat berbedah jauh. Dulu masih bisa berjalan kaki berkilo-kilo meter dan tak terasa capai, mungkin karena masih muda atau sedang semangat-semangatnya. Kalau sekarang mudah capai dan terasa sakit kalau jalan agak jauh.

Ziarah kali ini (27/12/22) hanya bertiga, atau yang dapat disebut kelompok berpeci di tempat kerja (katanya-red).
Menelusuri para pejuang dan pendakwah, serta berusaha mentauladani jejak langkah-langkah yang dilakukan oleh para pendahulu yang sangat luar biasa dalam berdakwah disetiap daerahnya.

Mbah Rubi (1848-1908) Klampok, menjadi tujuan ziarah pertama, dengan rute dari timur menuju kebarat. Mbah Rubi dari informasi yang penulis dapatkan merupakan sosok ulama dan seorang bangsawan yang menjadi benteng pendopo Brebes, sehingga sagat ditakuti oleh penjajah.

Ziarah selanjutnya menuju Mbah Angkawijaya, sosok pengeran yang mengasihkan diri dari keraton dan hidup bersama  rakyat biasa. Mengajarkan dakwa Islam dengan sistem Tajug sebagai tempat dakwa dan ibadah sebagaimana yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati Cirebon.

Model bangunan makam Angkawijaya memiliki kekhasan bergaya benteng keraton dan bangunan  atapnya menggunakan anyaman dari daun alang-alang.

Dari makam Pangeran Angkawijaya, selanjutnya melangkah ke makam  Mbah Idris, Pendiri Pondok Pesantren Lumpur Losari dan  salah satu pendiri Pondok Pesantren pertama di Brebes, beliau juga adalah besan dari Mbah Shalih Darat Semarang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline