Lihat ke Halaman Asli

lukmanbbs

lukmanbrebes

Berkah Lebaran bagi Tukang Cukur

Diperbarui: 4 Juni 2019   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

DAFFA POTONG RAMBUT RANDUSANGA

Oleh: Lukman Nur Hakim

Mudik dalam masyarakat indonesia sudah menjadi budaya, sehingga kalau tidak mudik dianggap belum lebaran.  Berbagai ceritapun yang   disampaikan ketika sudah berada di kampung halaman. Ada yang kangen dengan keluarga, saudara, teman bermaian, dan banyak sekali yang diceritakan.

Cerita para pemudik tidak disengaja saya temui, ketika saya ada di tempat potong rambut. Sayapun tidak menanyakan kenapa potong rambutnya setelah nyampai dikampung halaman. Padahal ditempat diperantauan banyak tempat potong rambut. Mungkin karena tidak sempat atau karena  kangen dengan potong ramput yang ada dikampungnya?. Sudahlah itu urusan selera mereka.

Mencari tempat potong rambut sepertinya sesuai dengan selera masing-masing. Mau potong dimana,  itu hak mereka. Betul enggak pembaca?.

Masih bicara potong rambut,  menjelang lebaran, ternyata  potong rambut banyak peminatnya,  dan mereka rela antri seperti saya. Walupun antrian jumlahnya dapat dikatakan tidak sedikit. Ternyata sari sekian orang yang antri, ada anak-anak, orang tua, kakek-kakek, ada juga ibu-ibu yang menghantarkan anaknya, ada juga orang yang baru mudik Dari Jakarta.

Biasanya, saat ada ibu-ibu yang baru datang, Dyan panggilan akrab pemilik Daffa potong rambut tersebut, langsung mengatakan "Atri ya bu". Karena kebiasaan ibu-ibu tidak mau antri kalau ngantar anaknya potong rambut. Ia tetap menerapkan sistem antri pada siapapun dan tidak membedakan antara anak-anak maupun orang tua.

Ditempat antrian potong rambut, mereka yang baru mudik tiba dikampung halaman,  menyempatkan untuk ngobrol dengan teman yang ditemuinya, ketika sedang sama-sama antri di tempat potong rambut. Melihat keasyikan  mereka ngobrol, sayapun tidak ingin mengganggunya pembicaraan mereka berdua dan hanya menjadi pendengar setia saja.

Samar-samar saya mendengar dari dialognya keduanya, bercerita kondisi teman-teman yang sama-sama merantau di luar kota tentang tradisi mudik. Ia kasihan pada temanya yang tidak pernah mudik, karena merasa dikampungnya sudah tidak punya rumah lagi. Katanya "enggak enak kalau tidur ditempat saudara,"  namun bagi saya (kata yang mudik)  "sepertinya kalau enggak mudik, enggak enak, karena nanti akan dicari-cari saudaranya." jawabnya dengan singkat.

Sambil mendengarkan cerita orang yang baru mudik disamping saya, tak terasa antrian potong rambut, sudah nyampai pada giliran saya. "Monggo mas." kata tukang potong rambut.

"oh yah,,  makasih" sayapun menuju tempat duduk untuk potong rambut, setelah antri kurang lebih satu jam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline