Lihat ke Halaman Asli

Pra Kerja dan Hilangnya Fokus Pemerintah di Tengah Pandemi

Diperbarui: 3 Mei 2020   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tercatat hingga 15 Maret 2020 kemarin ada sekitar 141 negara yang terserang wabah virus covid-19, jutaan orang meninggal jumlahnya, sistem pendidikan pun dialihkan menjadi serba online, tak terelakkan ekonomi pun menjadi lemah, sebagian besar orang menjadi terhalang geraknya.

Namun, yang menjadi topik hangat sekarang adalah meningkatnya jumlah pengangguran akibat pandemi ini, diprediksi jumlah pengangguran di dunia meningkat banyak dan terkecuali di Indonesia sendiri yang menyebabkan terjadinya phk besar-besaran akibat lumpuhnya ekonomi terutama di bidang produksi yang berimpak pada angka kemiskinan berpotensi meningkat.

Jumlah tenaga kerja yang dipulangkan ke rumah terekam sampai 1,24 juta dari sektor formal bahkan diungkapkan oleh Sri Mulyani selaku Menteri Ekonomi jika pandemi covid-19 tidak diatasi dengan cepat diprediksi jumlah pengangguran bisa bertambah sampai 5,2 juta.

Pengangguran sendiri masuk ke dalam masalah sosial dimana untuk penanggulannya membutuhkan analisis sistem yang membutuhkan perhitungan sebagai unit analisis dan tidak hanya berbasis individunya saja melainkan kesatuan sistem dan stuktur sosialnya. 

Pandemi ini menjadikan banyak orang kehilangan pendapatan atau  bahkan pekerjaan yang dimana malah menambah pada jumlah pengangguran yang ada. Dalam masa pandemi ini pemerintah sendiri mengeluarkan kebijakan kartu pra kerja. Namun, apakah tepat saat seperti sekarang kebijakan tersebut dikeluarkan?

 Polemik kebijakan kartu pra kerja di tengah pandemi ini menjadi isu hangat yang terus dibicarakan bahkan kemarin stafsus presiden Adamas Belva yang diisukan bahwa memanfaatkan kepentingan pribadi sampai mengundurkan diri. 

Dana yang dikeluarkan untuk kebijakan ini berjumlah 20 T yang mana 5,6 T  dialokasikan untuk pelatihan skill kepada 5,6 juta penduduk. Jika kita teliti lebih dalam apa memang benar yang dibutuhkan sekarang adalah pelatihan bukannya bantuan langsung?

Saya sendiri menganggap bahwa kebijakan kartu pra kerja memanglah bagus tetapi untuk masa  seperti sekarang bukanlah waktu yang tepat dan mengenai pelatihan skill juga akan lebih efektif jika dilakukan secara langsung supaya dapat lebih terpantau dan terarah. Bertanya mengenai prioritas saat ini, apakah pelatihan untuk masyarakat menjadi nomor satu disaat industri mengalami kelesuan akibat tidak berproduksi?

Sebenarnya saat ini banyak online course yang menggratiskan programnya atau pun dari youtube, ya mungkin sebagian besar orang menganggap membandingkan kursus yang ada di pilihan pra kerja dengan yang gratis tidak apple to apple, tetapi kenapa tidak? 

Bisa saja jika anggaran untuk pelatihan tersebut yang berjumlah 5,6 T dan belum sepenuhnya terpakai, sisanya dialihkan kepada bantuan langsung untuk masyarakat atau mungkin kenapa jumlahnya tidak dipotong dan sebagian lagi dapat menjadi bantuan tunai kepada masyakarat.

Saat ini banyak masyarakat yang mengalami kekurangan uang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari, bahkan sebagian pendatang ibu kota tidur di emper toko atau tempat-tempat kosong karena tidak bisa membayar sewa kontrakan dan juga tidak bisa pulang karena adanya larangan untuk pulang kampung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline