Lihat ke Halaman Asli

Lisdiana Sari

Kompasianer

Pesona Pariwisata Papua, Dari Wisata Bahari Sampai Ekowisata

Diperbarui: 30 Desember 2016   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyelam dan bermain bersama ribuan ikan di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC)

Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2019 menyundul angka 20 juta orang. Sekitar 20 persen atau 4 juta orang diantaranya, bersumber dari kontribusi wisman pada wisata bahari. Untuk 2016, tingkat kunjungan wisman pada wisata bahari ditargetkan mencapai 1,8 juta orang, atau bertumbuh bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan 1,3 juta orang.

Dari jumlah wisman yang kebanyakan berasal dari Eropa juga Australia itu, fulus yang bisa ditangguk terbilang gede banget. Malah mencapai tujuh kali lipat APBN 2015. “Jika kita kelola dengan baik, wisata bahari diperkirakan akan menghasilkan sekitar US$ 1,2 triliun per tahun,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata.

Wisata bahari yang “baru” memberi kontribusi 20 persen, jelas membuktikan bahwa potensinya di masa mendatang amat sangat besar. Sebagai “Negara Kepulauan”, semestinya kita bisa lebih menggenjot perolehan devisa dari wisata bahari. Karena, begitu banyak obyek wisata bahari yang bisa diandalkan, meskipun untuk itu pembenahan sarana dan infrastruktur harus terus digesa peningkatannya.

Berpose di Pagoda Sapta Ratna, Sorong. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)

Menumpang ferry Bahari Express dari Sorong menuju Raja Ampat. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)

Mana saja misalnya, destinasi wisata bahari yang bisa diunggulkan? Sebutlah Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung (Banten), KEK Mandalika (NTB), Komodo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan KEK Pulau Morotai (Maluku Utara), dan jangan kesampingkan Raja Ampat (Papua Barat).

Saya termasuk yang pernah menikmati betapa luar biasa indahnya Raja Ampat. Pada Oktober tahun lalu, saya berkesempatan menyaksikan eksotisme alam bawah laut di Raja Ampat yang berada di barat bagian Kepala Burung (Vogelkop). Ia merupakan rangkaian dari empat gugusan pulau besar, yaitu Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.

Ciamiknya panorama alam “lukisan Tuhan” di Raja Ampat sudah kondang hingga mancanegara. Belum lama ini, Raja Ampat didapuk sebagai The Best Destination kategori Adventure oleh Mondo Travel Magazine asal Finlandia. Bukan cuma itu, media setenar CNN bahkan menganugerahkan Raja Ampat sebagai 2015 World’s Best Snorkeling Destination. Amazing!

Sebagai wisatawan domestik yang pernah melakukan diving di Raja Ampat, saya mengapresiasi dua penghargaan bergengsi dari dua media luar negeri itu sebagai sesuatu yang tidak salah alamat.

Tiba di Pelabuhan Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)

Lokasi menginap di Doberoy Eco Resort, Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)

Perjalanan saya bersama sejumlah rekan untuk diving ke Raja Ampat, bermula dari rute penerbangan Jakarta menuju Sorong (Papua Barat), yang diselingi transit selama dua jam di Makassar (Sulawesi Selatan). Begitu mendarat di Sorong, arloji menunjukkan 08.40 wit.

Dari Bandara Dominique Edward Osok di Sorong, rombongan menyewa empat taksi. Tarifnya Rp 200.000 per taksi untuk perjalanan pergi-pulang menuju ke salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di bukit Kota Sorong yaitu Pagoda Sapta Ratna. Bangunan atau kuil ini bercirikan atap menjulang yang bertumpuk hingga tujuh tingkat. Hitung-hitung, ini bisa menjadi wisata rohani bagi saudara-saudara kita yang beribadah di Pagoda.

Saya bersama rekan-rekan juga beruntung dapat ber-wiskul, wisata kuliner di salah satu rumah makan yang ada di Jalan Sam Ratulangi 88 (Kampung Baru). Sajian menu seafoodnya tiada tanding, ikan plus udang bakar.

Persis di sebelah rumah makan, ada Toko Batik Khas Papua. Jadilah ini sambil menyelam minum air, wiskul sekalian wisata etnik. Batik Papua, seperti juga batik-batik etnik lainnya, memiliki desain dan motif tradisional yang begitu menarik. Warna-warni yang menjadi dasar Batik Papua pun sangat menarik, apalagi ditingkahi dengan motif ikon tradisional seperti Rumah Honai, Burung Cenderawasih, alat musik Tifa, patung ukiran Suku Asmat, senjata khas dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline