Lihat ke Halaman Asli

Likke Andriani

Generalis dinamis dengan latar belakang tehnik kimia, senang membaca mencoba mulai menulis untuk keseimbangan. Hobi: backpacking, naik gunung, jalan kaki, snorkeling dan kuliner.

Mengenal Xi Jinping, Nomer Satunya Cina

Diperbarui: 6 Juli 2020   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi diolah dari sohu.com

"Kurma  manis tumbuh di antara duri dan onak"

Provokasi militer dari laut Cina Selatan hingga ke Himalaya, penyadapan internet di rumah sakit di Eropa semasa pandemi coron, pelanggaran janji perdagangan dengan  Amarika dan Uni-Eropa. Xi lolos dari segalanya. Mari kita melihat sekilas isi kepala pemimpin Cina saat ini,  penjudi politik ber-nyali besar yang sedang bermain aktif di papan catur diplomatik dunia.

Desember 2018, Buenos Aires, Argentina:

Makan malam telah disiapkan diatas meja makan penuh rangkaian bunga, disatu sisi duduk presiden USA, Donald Trump. Disisi lain presiden dan pemimpin Partai Komunis Cina (PKC), Xi Jinping. Banyak pihak di dunia yang mengharapkan pertemuan ini akan menjadi terobosan perang dagang diantara kedua pihak. Pihak Amarika sudah mempersiapkan beberapa titik penting, tinggal menunggu kesetujuan pihak Cina. Sayang sekali pertemuan ini justru menghasilkan harapan kosong, kata bekas konsultan keamanan John Bolton di bukunya "The room where it happend".

Xi membuka pembicaraan dengan membaca notisinya yang tidak diragukan lagi telah ditulis dengan cermat, dia mengungkapkan kemajuan dan peranan Cina di dunia. Trump menjawabnya dengan improvisasi dingin dan langsung berkomentar "Cina harus membeli lebih banyak kacang kedelai dari USA, ini sangat penting untuk pemilihan ulang saya". Komentar sombong dan tidak sopan yang bahkan tidak diduga oleh pegawainya sendiri.

Dengan senyumnya yang khas, Xi berjanji akan mencoba membantu Trump walaupun tidak ada perubahan yang ditulis dalam surat perdagangan antara kedua negara. Xi mencoba memenangkan waktu untuk menghindari tarif dagang baru secara diplomasi.

Kondisi sekarang:

Saat ini, data yang tercatat di kantor bea-cukai kedua negara justru menunjukkan bahwa Cina mengimpor barang dari USA jauh lebih sedikit dari yang Cina pernah janjikan, dan bagaimana dengan nasib kacang kedelai dari USA? Sejak minggu lalu, bea cukai Cina justru menahan masuknya kacang kedelai USA dengan alasan "Beresiko corona", walaupun para ahli menyatakan resikonya sangat kecil kalau virus corona bisa bertahan hidup dikacang kedelai.

Disini kelebihan Xi: mampu mempersiapkan skenario dengan sempurna, tampil dengan senyuman, maju berani sampai titik kemenangan.

Sosoknya yang kecil, wajahnya yang kalem, senyumannya yang lucu itu hanya penampilan luar, aura kelembutan yang bisa menyesatkan mata. Kepribadian aslinya tersembunyi di balik senyum ramah dan pidato sastra cina yang disukainya.

Sejak beberapa bulan terakhir ini Cina tiba-tiba menjadi lebih brutal, mulai mendominasi dunia, berani  membalas Amerika dengan menyebarkan berita bahwa militer USA yang membawa virus Corona ke Cina. Sejak bulan maret tahun ini, pasukannya memprovokasi negara-negara lainnya di Asia termasuk Indonesia dalam sengketa Laut Cina Selatan, hingga konflik tak terduga dengan militer India di Himalaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline