Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Buah Tropis Kita dan Perubahan Iklim

Diperbarui: 15 Agustus 2019   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manggis |Foto :Dokumentasi Pribadi

Tidak Mudah Temukan Buah Lokal yang Berkualitas dengan Harga Terjangkau 
Bagi kita yang bekerja, akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk berbelanja buah-buahan secara khusus untuk mengisi kulkas selama seminggu.  

Dan, ini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk mengunjungi Pasar Mayestik di Kebayoran Lama. Mayestik adalah pasar tradisional yang merupakan pasar favorit saya sejak lama. Ada yang berbeda ketika sudah dimodernisasikan. 

Namun, syukurlah, di sana saya masih dapatkan buah-buahan lokal seperti mangga terbaik, Jeruk Keprok Tawangmangu, dan manggis. Bahkan, umbi umbian semacam Gembili dan Ganyong juga ada. 

Sayangnya, kita tidak dengan mudah mendapatkan buah-buahan lokal yang kualitasnya sebaik di masa yang lalu. Juga, bila kita dapatkan buah lokal yang kita mau, biasanya harganya juga menjulang tinggi. Jadi, buah lokal yang baik menjadi barang mewah.

Sementara, di pasar tradisional lain, saya tidak dapatkan buah-buahan lokal yang berkualitas sama baiknya dengan yang dijual di Pasar Mayestik. 

Nah, ketika kita memasuki toko buah-buahan seperti All Fresh dan Total, kita dapatkan buah-buahan lokal itu. Namun, harganya, alamak, mahal. 

Memang, buah lokal sempat tidak diperdulikan sejak tahun 80an. Buah impor menjadi primadona. Anggur dan apel lebih mudah didapat daripada manggis.

Selain cueknya kita (saya maksud pemerintah) pada buah lokal di masa yang lalu, kita juga dipecundangi eksploitasi ekonomi dalam bentuk tata niaga buah Jeruk Tebas atau Sambas di area Pontianak. 

Masa jaya Jeruk Sambas hanya sebentar, menyusul masuknya perusahaan Bambang lewat SK Gubernur Kalimantan Barat, Pardjoko Suryokusumo, No 296/1991 yang menunjuk PT Bima Citra Mandiri (BCM) sebagai Koordinator Pelaksana Tata Niaga Jeruk Siam Kalimantan Barat.

Walaupun perusahaan ini belakangan gulung tikar, namun perekonomian warga terlanjur hancur. Jeruk dibeli dengan harga yang sangat rendah, tak seperti sebelumnya jika dijual ke mana saja oleh warga. 

Tak pelak lagi, banyak pohon jeruk yang ditebang oleh warga karena frustasi akibat rendahnya harga serta adanya serangan penyakit pohon jeruk. Perekonomian warga pun terpuruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline