Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Layanan Kespro Holistik Penting pada Pasca Bencana

Diperbarui: 29 Desember 2018   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

                                                                                                  Foto : Sahabat Gema Alam, 2018

Perkumpulan Gema Alam NTB (atau Gema Alam), suatu organisasi nirlaba yang bekerja di wilayah NTB sejak tahun 2004, telah melakukan tanggap dan penanganan paska bencana, sejak gempa Lombok yang pertama terjadi pada tanggal 29 Juli 2018.

Serangkaian kajian dan studi paska bencana, yaitu Kajian Kebutuhan Paska Bencana (JITUPASNA) dan Kajian Kesehatan Reproduksi dan Gender Masa Paska Bencana serta Pembelajaran Pembangunan Huntara bagi Ibu Hamil, Menyusui, Lansia dan Difabel telah disusun oleh Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam telah diluncurkan pada 27 November di Kantor Gema Alam NTB, di Selong, Kabupaten Lombok Timur.

Riset Riset Aksi tersebut di atas mendasari implementasi kegiatan Gema Alam dan Sahabat Gema Alam yang dilakukan oleh 34 relawan profesional, 15 orang di antaranya adalah tim medis, yang terdiri dari 9 dokter umum, 3 dokter spesialis anak, dan seorang dokter spesialis kandungan dan obstetric serta 2 orang psikholog. 

Pemeriksaan gratis dan penapisan melalu pos keliling dari desa ke desa, dari dusun ke dusun, dari gang ke gang, dan dari rumah ke rumah dilakukan karena akses penyintas pada layanan kesehatan di wilayah paling terdampak masih terbatas, yang disebabkan oleh kerusakan berat Puskesmas, keterbatasan tenaga kesehatan, dan trauma penyintas yang takut meninggalkan tenda pengungsian untuk pergi ke fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan dan penapisan pada 2.697 penyintas yang terdiri dari 1.465 pasien umum, 409 pasien kandungan, 823 pasien bayi/anak, dan layanan konsultasi psikhologi kepada 25 orang penyintas tersebut dilakukan di 11 desa di 4 Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur sejak awal bulan September sampai 2018.

Di antara 409 ibu hamil yang diperiksa dengan USG, terdapat 92 Ibu hamil dengan risiko tinggi, dengan kasus tertinggi di Beririjarak sebanyak 13 kasus, di Sembalun Bumbung dan Jurit Baru, masing masing 12 kasus, di Sajang, Timba gading dan Sapit, masing masing 10 kasus, sementara sisanya tersebar di Pringgasela, Sekarteja, Bilok Petung, dan Sembalun. Hal yang mengkhawatirkan adalah setengah dari mereka yang hamil dengan berisiko tinggi tersebut adalah ibu dari pernikahan anak usia 15 sd 18 tahun. 

Sementara itu, pemeriksaan dan penapisan oleh dokter spesialis anak mencatat adanya 3 balita dengan gizi buruk, 4 anak gizi kurang, 2 anak dengan mikrochevali, dan 4 anak dengan down syndrome yang nyaris tidak mendapatkan layanan kesehatan secara memadai.

Selain itu, penyakit diare, ISPA, batuk pilek, kulit, mata dan kerusakan gigi merupakan trend luas penyakit yang ada di antara balita. Dalam hal kesehatan orang dewasa dan lansia, tim dokter umum relawan Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam mencatat bahwa lebih dari 27 % penyintas usia dewasa menderita hipertensi dengan tekanan darah 140 sd 240. Persoalan hipertensi di wilayah yang dilayani dicatat karena kebiasaan dan pola hidup masyarakat, disamping juga karena meningkatnya kecemasan karena bencana gempa.

Tim Gema Alam NTB dan peneliti Sahabat Gema Alam melihat bahwa penanganan kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan Ibu dan Anak pada masa paska bencana gempa di Kabupaten Lombok Timur masih belum optimal. Sementara kasus Kematian Ibu Melahirkan, kasus Kematian Bayi, dan status perkawinan anak di Kabupaten Lombok Timur adalah yang tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hampir separuh kasus kematian ibu hamil/melahirkan di NTB adalah berasal dari Lombok Timur, antaranya adalah dari ibu hamil dari perkawinan anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline