Lihat ke Halaman Asli

Lestari Zulkarnain

Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Jimat Perdagangan

Diperbarui: 14 November 2022   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dina kie dagangane nyong laku kabeh, ora percuma nyong maring Mbah Subur njaluk jimat penglaris," ucap Mang Kartam kepada istrinya sambil menyerahkan uang seratus ribuan enam lembar kepada istrinya.

Memang semenjak Mang Kartam meminta jimat ke Mbah Subur, dagangannya bertambah laris. 

"Iya, Bah, kudune awit gemiyen, ya, ben uripe awake dewek ora nelangsa," ujar Srinten, istri Mang Kartam. Wajahnya tampak bahagia karena memiliki banyak uang. 

"Iya, Mak, tapi syarate abot, awake dewek ora bisa duwe anak maning."

"Ya, ora papa, sing penting wis due anak siji, si Wawan." 

Setelah mengobrol, kedua suami istri itu saling diam dalam pikirannya masing-masing.

Mang Kartam adalah seorang penjual ayam potong. Awalnya hanya dijajakan dari rumah ke rumah. Namun semenjak meminta jimat pada Mbah Subur, usahanya semakin berkembang hingga sekarang memiliki kios sendiri dan mempunyai banyak langganan. 

Semakin hari usahanya semakin maju hingga mereka dapat membeli rumah besar serta mobil. Wawan pun dapat mengenyam pendidikan di sekolah swasta favorit.

Suatu hari ketika Wawan berangkat sekolah, mobil jemputan yang Wawan kendarai mengalami kecelakaan. Mobilnya bertabrakan dengan mobil dari arah berlawanan, sehingga menyebabkan nyawa Wawan tidak tertolong. Betapa sedih kedua orang tuanya. Anak semata wayang tercinta kini telah tiada. 

Secara materi, kehidupan Mang Kartam dan Srinten sangat mewah, tetapi terasa hampa tanpa adanya anak. Mereka berencana untuk memiliki keturunan kembali. Mereka mendatangi dokter spesialis kandungan untuk berkonsultasi, memastikan keadaan kedua suami istri itu masih bisa menghasilkan keturunan.

Setelah diperiksa, ternyata mereka masih sangat subur karena memang Bu Srinten belum menopause. Hari demi hari, bulan demi bulan kehamilan mereka tak kunjung datang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline