Lihat ke Halaman Asli

Melawan Hati Nurani

Diperbarui: 5 Agustus 2022   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata-kata dari @sesakata

Hati nurani seringkali dikatakan sebagai suara Tuhan. Dan suara Tuhan adalah suara menuju jalan yang benar. Seperti itu gambarannya, ketika manusia mengikuti suara hati nuraninya, dirinya akan berada di jalan yang benar. Namun bukan berarti ketika mengikuti hati nurani tidak akan muncul berbagai tantangan, justru ketika mengikuti hati nurani ancaman, tantangan, dan godaan akan semakin besar.

Pertanyaannya sebagai manusia, mampukah diri kita sebagai manusia di tengah ancaman, tantangan, dan godaan yang datang  melawan hati nurani untuk tetap bertahan, mendengar, dan bertindak sesuai kehendak hati nurani?

Mampu, tetapi dalam prakteknya seringkali manusia masih perlu untuk belajar lagi supaya bisa membedakan mana suara hati nurani, dan suara yang melawan hati nurani. Contoh ketika ulangan Adit dengan sadar memilih untuk mencontek melalui HP, dimana dirinya tahu bahwa apa yang dirinya lakukan salah, tetapi tetap dilakukan karena dirinya malas untuk perbaikan. Secara sadar dia tahu apa yang diperbuat itu salah tetapi tetap dilakukan karena merasa ada ancaman yang datang pada dirinya.

Contoh lainnya, seorang begal membunuh pengendara sepeda motor, kemudian motornya dijual untuk membiayai kehidupan keluarganya. Keputusan untuk membunuh seseorang bukan suatu tindakan yang mudah, timbul pergolakan batin yang luar biasa dari dalam diri pelaku sebelum melakukan aksinya. Bahkan seorang tentara yang sudah terlatih, jika harus melakukan eksekusi terhadap tahanan pidana yang divonis hukuman mati, hati nurani akan bergejolak hebat.

Melawan hati nurani sama saja dengan menutup mata untuk melihat kebenaran. Seringkali diri kita tertipu dengan ilusi ego yang terdapat pada diri sendiri, perlu kewaspadaan dan kehati-hatian ketika mengikuti hati nurani. Mengapa? ketika hasil akhirnya buruk itu berarti bukan mengikuti hati nurani, tetapi ego. Membedakannya terlihat sederhana, ketika awal baik dan akhirnya baik berarti sesuai hati nurani, namun di saat awalnya baik tetapi akhirnya buruk berarti tidak sesuai dengan hati nurani. Kemampuan untuk bisa membedakan yang baik dan yang jahat. Tidak mudah, diperlukan latihan berkali-kali untuk mendengar suara hati nurani. 

Keluarga bisa menjadi tempat yang berbahaya dan berbahagia, berbahaya karena di situ terdapat orang-orang yang dicintai dan disayangi. Ketika diri kita ditawarkan untuk melakukan hal yang berlawanan dengan hati nurani oleh anggota keluarga, beranikah untuk menolak? Sulit tetapi bukan hal yang mustahil, peluangnya 1 berbanding 10. Godaan dan tantangan bukan dari orang terjauh, tetapi dari orang terdekat, dan yang paling dekat lagi adalah hubungan diri sendiri dengan penciptanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline