Lihat ke Halaman Asli

Wajah Bahasa Indonesia di Layar Kaca

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kenapa Loe Bangga Jadi Orang Indonesia?

Pertanyaan itu muncul dalam video berjudul We Are Proud To Be Indonesian. Video tersebut ditayangkan akhir Agustus lalu dalam sebuah program jurnalisme warga di salah satu televisi swasta. Berdurasi 6 menit 25 detik, video itu berisi wawancara kepada beberapa anak muda tentang arti kemerdekaan dan kebanggaan mereka pada Indonesia.

Adakah yang salah dengan video yang mengajak anak muda untuk bangga dengan negeri bernama Indonesia ini? Sepintas tak ada. Namun, tampaknya ada yang luput. Sang pembuat video mengajak anak muda untuk mencintai Indonesia, tetapi lupa untuk mencintai bahasa Indonesia, bahasa persatuan negara kita.
Alih-alih menggunakan judul dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sang pembuat video justru memilih judul berbahasa Inggris.

Kegelisahan saya tak berhenti pada judul video, pun pada pertanyaan yang digunakan dalam video, seperti contoh yang saya kutip di awal tulisan.
Sepanjang video kita akan mendapati pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kata ‘loe’. Bukan kata yang baku dalam bahasa Indonesia. Jawaban-jawaban yang digunakan pun jauh dari tata bahasa yang baik dan benar. Narasumber, sebagian besar adalah artis, lebih memilih menggunakan bahasa campur aduk, antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Apa yang saya tulis di atas hanyalah sebagian kecil dari penggunaan bahasa Indonesia di televisi. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan betapa mencemaskan bagaimana bahasa Indonesia kurang dihargai dalam industri televisi.

Simak bagaimana reporter berita yang begitu gagap menggunakan bahasa Indonesia ketika melaporkan sebuah kejadian dari suatu tempat. Jangan berharap kita akan bisa mendapati reporter berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain struktur kalimat yang amburadul, para reporter berita kerap memilih menggunakan istilah asing. Entah mereka tak tahu, atau tak mau tahu, bahwa penonton mereka adalah orang Indonesia, yang notabene berbahasa Indonesia.

Sebagaimana dikemukakan oleh teori kultivasi, televisi memiliki kemampuan dalam memengaruhi tingkah laku dan kebiasaan seseorang. Proses imitasi akan semakin kuat jika penonton memiliki intensitas menonton yang tinggi. Selebriti, reporter, bahkan elit politik yang tampil di layar televisi memiliki memberikan pengaruh yang begitu kuat. Baik sekedar gaya berpakaian atau yang lebih luas bagaimana mereka berbahasa.

Lalu, bagaimana dengan tayangan lainnya? Setali tiga tiga uang. Bahasa Indonesia belum dihargai, penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai program yang ditayangkan masih terkesan serampangan. Masih banyak tayangan, terutama sinetron, menggunakan ujaran elo gue dalam naskah.

Begitulah wajah bahasa Indonesia di layar kaca. Tanpa perlu mengagung-agungkannya, sesungguhnya (industri) televisi bisa lebih bijak dalam menggunakan bahasa Indonesia. Yang diperlukan adalah kesadaran semua pihak untuk lebih memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia dalam setiap tayangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline