Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Papa dan Ayah] Berat Meninggalkanmu Sendiri

Diperbarui: 18 November 2019   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Opus 5

Berat Meninggalkanmu Sendiri


-Fragmen Silvi

"Apa lagi ya? Baju olahraga, sabun, shampoo, sajadah, botol air, senter, lilin, jas hujan..."

Aku meraba-raba ransel besarku. Mengabsen barang demi barang yang telah kujejalkan ke dalamnya. Di samping ransel, tas lain yang berukuran lebih kecil menggembung penuh isi.

"Kurang dua, Sayang." timpal Ayah.

Kutolehkan kepala. Ayah berlutut di belakangku. Ia menguncirkan rambutku. Hatiku menghangat. Sudah lamaaaa sekali aku tidak dikuncirkan oleh Ayah ataupun Papa.

"Dan jangan lupa berdoa sebelum berangkat."

Aku mengangguk setuju. Kuakui, Ayah lebih religius dari Papa. Sebagian besar waktu Papa habis untuk urusan dunia. Sedangkan Ayah lebih banyak berkontemplasi, refleksi, dan rekoleksi.

Kupejamkan mata. Kurasakan tangan hangat Ayah menggenggam jemariku. Oh my God, kenapa tangan Ayah terasa lebih hangat dari biasanya? Apakah Ayah sakit lagi? Apakah obat-obat kemoterapi itu membuatnya demam lagi? Pikiranku berkecamuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline