Lihat ke Halaman Asli

Lathifah Sekar

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Meaningfull Life: Membawa Hidup Pada Kebaikan

Diperbarui: 24 Desember 2023   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamat datang kembali, para pembaca! Kesempatan kali ini saya menulis hal yang erat kaitannya dengan Psikologi. Kesempatan hidup dan segala peristiwa yang terjadi, tidak akan terulang lagi. Hal tersebut harus dimanfaat sedemikian rupa dalam konteks kebaikan. Kebaikan yang akan kita buat atau kasih untuk orang lain akan kembali kepada kita dalam bentuk kebaikan juga. So, berbuat baik tidak akan rugi!

"Meaningfull life"- Viktor Frankl

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa segala kejadian, pelaku, dan waktu yang terjadi di kehidupan ini pasti memiliki makna dan maksud sebagai anugerah dari Allah Swt. Hal tersebut membuka perspektif individu ketika menyikapi suatu hal baik dalam konotasi positif maupun negatif. Pernyataan dari Viktor Frankl tersebut pada kelas 3B PBSI 2023 UIN Syarif Hidayatullah mata kuliah "Psikologi Pendidikan" yang diampu oleh Ibu Maolidah, beliau mengaitkan pernyataan Viktor dengan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi "Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Al-Qadlaa'iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787)

Berdasarkan pengaitan dua pernyataan tersebut, menghasilkan bahwa "meaningfull" yang dimaksud Viktor sudah ada dalam Islam dan menjadi acuan untuk bagaimana cara menjadi muslim yang baik. Termasuk bermanfaat bagi orang lain, terlebih bagi makhluk hidup (tumbuhan dan hewan). Dengan membawa kebermanfaatan untuk orang lain, otomatis Allah Swt. memberikan dan mencukupkan rasa 'bermakna' yang terkadang membuat diri kita hampa dengan hidup.

Salah satu sebab individu merasa menderita dan tidak menemuka 'makna' dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu penghayatan dalam hidup. Penghayatan itu sendiri meliputi iman, kasih, ketakwaan, dan kebenaran. Jika hidup tidak didasari pada keimanan bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini tidak luput dari ketetapan Tuhan (Allah Swt.).

Selain pernyataan Viktor yang dibahas dalam kelas, Ibu Maolidah juga membahas singkat tentang bagaimana psikologi dapat terlahir menjadi suatu keilmuan. Bahwa sebelum adanya positifisme, psikologi dikenal sebagai ilmu yang hanya berasal dari intuisi seseorang (metafisik), seperti meramal. Namun, setelah datangnya positifisme, psikologi mulai dikaitkan dengan ilmu sains (scientific) mulai diakui dan dikaji oleh para ahli pengetahuan dengan mengaitkan jiwa manusia sebagai objek ilmu pengetahuan.

Lalu, yang terakhir dibahas bahwa psikologi terbagi menjadi dua, yaitu umum dan terapan.

  • Umum, bagian ini langsung mengaitkan psikologi dengan makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan).
  • Terapan, bagian ini sebagai pelaksanaan atau penerapan psikologi dalam kegiatan (pekerjaan), seperti HRD.

Jangan lupa! Bahwa psikologi pendidikan berfokus pada individu berinteraksi dengan individu lain. Baik individu dengan masyarakat, individu dengan keluarga, ataupun individu dengan lingkungan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline