Lihat ke Halaman Asli

Lanjar Wahyudi

TERVERIFIKASI

Pemerhati SDM

Paskah Yahudi dan Paskah Kristen; Dimerdekakan untuk Lebih Mengasihi Sesama

Diperbarui: 2 April 2021   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Mengoleskan Darah Anak Domba Diatas Pintu Pada Malam Paskah Bangsa Yahudi Sewaktu di Mesir. Sumber: www.bolsadenoticias.com.ni

Nisan bagi orang Yahudi (Bangsa Israel) adalah bulan penuh keajaiban. Dalam kitab Torah bulan ini dinamakan bulan Adar. Dikemudian hari barulah dinamakan bulan Nisan. 

Dua kali dalam Alkitab disebut nama bulan Adar untuk Nisan, yakni dalam kitab Ester 3:7 dan kitab Nehemia 2:1. Nisan adalah bulan pertama dan terutama dalam kalender ibadah orang Yahudi. 

Ini adalah bulan dimana orang Israel melakukan perjalanan keluar dari Mesir, sebuah negara yang telah menjadikan mereka budak selama ratusan tahun.

Bagi orang Yahudi, Paskah atau Pasah merupakan peringatan Hari Pembebasan mereka keluar dari Negeri Mesir. Bebas merdeka dari perbudakan Raja Firaun yang mencengkeram mereka selama lebih dari 400 tahun. 

Hari itu adalah hari kelahiran baru bagi sebuah bangsa untuk eksis diantara bangsa-bangsa lain di muka bumi sampai saat ini. 

Sebuah perjalanan ajaib penuh mujizat yang menjadi sejarah tak terlupakan bagi Bangsa Israel mulai dari melangkah meninggalkan rumah mereka di mesir dalam intimidasi dan kejaran pasukan Kerajaan Mesir yang menginginkan mereka kembali, menyeberangi Laut Merah yang terbelah oleh tongkat Nabi Musa.

Menghadapi berbagai tantangan, peperangan disepanjang perjalanan 40 tahun menuju negeri Kanaan tanah yang dijanjikan, semua itu menjadi sebuah proses alam yang mengantarkan mereka bermetamorfosis dari bangsa budak menjadi bangsa merdeka dan eksis di dunia.

Peta Perjalanan Bangsa Israel dari Mesir Menuju Tanah Kanaan. Sumber: wikimedia.org

Sejarah mengisahkan bahwa pada malam paskah semua orang Yahudi harus bersiaga menunggu perintah Nabi Musa untuk bergegas berangkat meninggalkan rumahnya. 

Kondisi siaga ini ditandai dengan harus melakukan segala sesuatu dengan cepat, mereka harus mempersiapkan makan malam dengan cepat karena sewaktu-waktu mereka harus berangkat. 

Itu sebabnya roti yang mereka makan hanya terbuat dari adonan tepung dan air yang langsung dibakar pada tungku api sehingga hasilnya kurang enak, gosong, dan keras. 

Sayur yang dibikin juga seadanya, tanpa dipilah dengan baik mana yang masih bagus dan mana yang tidak pokoknya masukkan kuali, tanpa bumbu maupun penyedap rasa, sehingga sayur ini rasanya hambar bahkan pahit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline