Lihat ke Halaman Asli

Langit Muda

Daerah Istimewa Yogyakarta

"Lama Tak Bertemu, Ternyata Kau Bukan yang Dulu Lagi"

Diperbarui: 4 Agustus 2021   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Salam olahraga.

Salam bulutangkis.

Halo Badminton Lovers.

Misal kita punya teman masa kecil yang sangat jago main pingpong. Bola pelintirannya menyulitkan, smashnya mematikan. Sepuluh tahun kemudian kita bertemu. Karena merasa sangat penasaran dulu sering mengalami kekalahan, kita ajak dia main pingpong.

Tetapi kita kecewa. Ternyata dia sudah tidak jago lagi bermain pingpong. Smashnya lebih sering nyangkut, bola pelintirannya pun terlalu lempeng. "Kau bukan yang dulu lagi", begitu batin kita pada teman tersebut.

Entah apa yang terjadi selama sepuluh tahun tersebut. Mungkinkah dia tidak pernah bermain pingpong lagi? Sementara kita hampir tiap hari masih sering melakukannya.

"Kau bukan yang dulu lagi", begitu kata Dewi Yull dalam lagunya. "Kau bukan yang dulu lagi", begitu mungkin batin Heo Kwang Hee pada Kento Momota. "Kau bukan yang dulu lagi", begitu mungkin batin lawan-lawan yang dikalahkan oleh Lee Yang/Wang Chi-Lin. "Kau bukan yang dulu lagi", begitu mungkin batin lawan-lawan yang dikalahkan oleh Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Sebelum pandemi kita menyaksikan begitu dominannya sejumlah pemain merajai peta perbulutangkisan di tiap nomor:

  • Tunggal putra: Kento Momota
  • Tunggal putri: Tai Tzu Ying
  • Ganda putra: Kevin/Gideon
  • Ganda putri: Yuki/Sayaka
  • Ganda campuran: Zheng/Huang

Kenyataannya, tidak ada satupun dari nama-nama tersebut yang berhasil meraih medali emas. Bahkan Kento Momota, Kevin/Gideon, Yuki/Sayaka, tidak berhasil merebut medali apapun. Atmosfer Olimpiade memang berbeda.

Pandemi. Itu mungkin kambing hitam yang bisa dituding sebagai penyebab "kekacauan" hasil-hasil Olimpiade kali ini. Bukan, ini bukan bicara tentang penyelenggaraan. Tentang penyelenggaraan Olimpiade, kita mesti mengacungkan jempol dan membungkukkan badan kepada panitia dan pemerintah Jepang yang telah memberikan kinerja terbaiknya, meski sedang berada dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Arigatou gozaimasu.

Saya batasi artikel ini pada badminton, meski saya yakin "kekacauan" hasil ini juga terjadi pada cabang lainnya. Karena praktis semua cabang olahraga merasakan akibat dari pandemi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline