Lihat ke Halaman Asli

Megawati, Mempertahankan Status Quo atau Legowo?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sumpah, aku bukan kader PDI-P, juga bukan pendukung Jokowi. Aku menulis postingan ini karena kehendak sendiri. Kutulis artikel ini, juga bukan pesanan siapa-siapa. Bukan titipan siapa-siapa. Tapi semata-mata karena selama ini aku memiliki penilaian tersendiri kepada PDIP. Partai yang dipimpin Megawati Soekarno Putri ini. Itu saja.

Sungguh. Aku melihat hingga saat ini PDIP masih konsisten menempatkan dirinya sebagai oposisi (Walau sebenarnya dalam konteks sistem Presidential tidak mengenal sebutan itu). Selain itu,Partai dengan lambang kepala banteng hitam bermoncong putih ini telah berhasil menempatkan beberapa kadernya menjadi Kepala Daerah yang dicintai rakyatnya. Karena kinerjanya yang memang pro-rakyat. Seperti halnya Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, maupun Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Hanya saja belakangan ini aku meragukan konsistensi partai yang memiliki sejarah memilukan di era orde baru itu. Khususnya konsistensi Sang Ibu Ketua Umum. Betapa tidak, tatkala mantan Walikota Solo, dan sekarang Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dalam berbagai survey calon Presiden elektabilitasnya demikian meyakinkan, karena seringkali (selalu ?) menduduki urutan teratas, mengapa induk semangnya, PDIP (Megawati) tak memberikan reaksi ?

Padahal dewasa ini masyarakat cenderung melihat dan memilih sosok siapa di balik partainya itu. Contohnya di Pemilu 2004 dan 2009 lalu, kemenangan Partai Demokrat konon karena melihat sosok SBY. Mestinya PDIP (Megawati) pun sadar akan hal itu. Mumpung Jokowi sedang berada di atas angin, mengapa tidak ‘dimanfaatkan’ ?

Atau jangan-jangan konsistensi PDIP (Megawati) ini karena ‘dendam’ lama kepada Partai Demokrat (SBY) yang dianggap menusuk dari belakangsaat Pilpres 2004 lalu masih bersemayam dalam hatinya. Atau juga karena Megawati memang masih memiliki ambisi besar untuk menduduki kursi RI-1 ?

Yang paling banyak menuai pertanyaan, adalah sengkarut yang menyangkut Walikota Surabaya, Tri Rismaharini saat ini. Sebagai walikota yang didukung PDIP, dan berhasil merebut hati warga Surabaya karena kinerjanya, bahkan baru-baru ini terpilih sebagai salah seorang Walikota terbaik se-dunia, nasib Risma sepertinya diambangkan oleh PDIP. Malah terkesan di-bentur-kan dengan wawalkotnya sendiri.

Apakah PDIP (Megawati) sadar atau tidak dengan sikapnya itu, membiarkan ‘momentum’ yang dibawa Jokowi untuk meraih kemenangan di Pemilu nanti, dan membenturkan Risma dengan wakilnya itu sehingga menuai banyak kritikan pedas dari masyarakat ?

Entahlah. Aku tidak tahu jawabnya. Hanya saja kalau aku boleh urun-rembug, semestinya Megawati legowo saja, jangan mempertahankan status quo. Beliau sudah lanjut usianya. Biarkanlah kader mudanya untuk maju ke depan mumpung ada kesempatan. Demikian juga halnya dengan masalah Risma, jangan sampai Megawati dianggap iri karena keberhasilan kadernya itu.Sebaiknya tetaplah untuk mempertahankan predikat sebagai salah satu partai yang memiliki visi anti-korupsi, pro-kepentingan rakyat, dan manusiawi.

Itu saja.

Wassalam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline