Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Sepekan Gila

Diperbarui: 27 November 2017   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin adalah hari paling menggairahkan bagi Rilwan. Mengisi ulang segala yang telah kosong sepanjang akhir pekan.

Masa ketika ia akhirnya bisa duduk di barisan kursi tepat di belakang Ilma. Agar ia bisa kembali bernapas dengan wangi rambut dan parfumnya.

Selasa tak jauh berbeda. Adalah kala ia menelusuri tiap lekuk pinggang Ilma dengan mata. Setiap gerak bibirnya manakala tertawa dan bicara.

"Amboi..."

Rabu pun sama. Hari pemujaan, kala ia menafikan logika untuk terbenam ke dalam syahwatnya.

"Persetan mata kuliah itu..."

Kamis adalah masa getir. Hari saat ia mulai khawatir. Menata diri sebelum kehilangan Ilma.

Mengosongkan pikiran dan hati. Untuk kemudian pada Jumat, mengisinya penuh dengan gambaran semua tentang perempuan itu: rambut, hidung, alis, bibir, tengkuk, lengan, dada, perut, pinggang, paha, betis, hingga telapak kaki.

Lantas memuntahkan semua pada Sabtu dan Minggu. Berkelana dengan imajinasi. Sampai pada titik ia merasa hidup tak lagi bermakna lantaran tak tersisa sedikit pun gambaran Ilma di kepala.

"Kau gila," kata salah seorang temannya.

Rilwan tak peduli. Ia hanya peduli pada Senin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline