Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Renungan Pasca Paskah: Salib yang Tercabik

Diperbarui: 14 April 2020   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image pexels

Pagi ini dua hari setelah peristiwa Paskah masih melekat di pikiran begitu perkasanya kuasa Allah yang sanggup membangkitan Yesus. Sebuah misi terbesar di sepanjang sejarah oleh satu orang manusia sanggup menanggung dosa seluruh dosa dunia bahkan termasuk orang dalam kubur.

Dia pribadi yang dapat berbuat dosa, tetapi tidak pernah berbuat dosa. Status-Nya sebagai Anak Allah benar-benar ditanggalkan, rela menjadi manusia, mengosongkan diri, menjadi hamba, bahkan mati dengan tidak wajar yaitu disalibkan.

Disejajarkan dengan dua orang jahat disebelah kanan dan kirinya, yang satu menghujat dan satunya mohon kepada Yesus kiranya mengingatnya manakala kelak Yesus datang sebagai Raja, sebuah permohonan yang tidak mudah dan dibutuhkan iman ditengah banyak orang yang menghujat dan menghina Yesus.

Sungguh suatu sikap yang kontradiktif ditunjukkan kesebelas murid Yesus yang selama ini mengikut Yesus, tetapi ketika Yesus bangkit dari kubur dan menampakan diri kepada murid-murid itu mereka tidak percaya, memang percaya tidak mudah, berbahagialah orang yang percaya namun tidak melihat.

Mungkin dalam pikiran Yesus itu saatnya yang tepat untuk menunjukan bahwa Dia Anak Allah yang telah menang mengalahkan maut, seharusnya menjadi momen yang menyenangakan tetapi berbalik menjadi momen yang mengecewakan hati Yesus.

Setelah sebelumnya juga dikecewakan sebelum Yesus ditangkap oleh pasukan Pontius Pilatus, Dia berpesan untuk berdoa barang satu jam saja, tetapi itu tidak dilakukan murid-murid Yesus.

Ketika Yesus disalibkan kekecewaan juga dialami Yesus, Petrus salah satu murid yang berani, menyangkal Yesus dan berkata aku tdak kenal Dia.

Betapa dalam hidup ini ada Pribadi yang sudah membela dan berkorban atas hidup kita, tetapi kita tidak menghargainya. Entah sudah berapa kali kita mengecewakan Dia, entah dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita.

Sejatinya dosa kita sudah ditanggung-Nya, sudah dibayar lunas di kayu salib, kita tidak berhutang lagi, tetapi hutang kita bukan hidup untuk diri kita sendiri, tetapi hidup bagi Kristus, mengikuti jejak penderitaan Yesus yang setia melakukan kehendak Bapa.

Karena tanpa penderitaan tidak akan ada kemenangan, tanpa penderitaan tidak akan ada kemuliaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline