Lihat ke Halaman Asli

Koteka Kompasiana

TERVERIFIKASI

Komunitas Traveler Kompasiana

Tengok Situasi Pandemi di Wilayah KJRI Frankfurt dan Sekilas Frankfurt, Yuk!

Diperbarui: 1 September 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Koteka Kompasiana

Hallo, everyone.

Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana bekerjasama dengan International Office UPGRIS Semarang telah menggelar Kotekatalk50 dalam zoom yang menghadirkan dubes LBBP RI Peru dan Bolivia, Marina Estella Anwar Bey, didampingi staff pensosbud bapak Arvin Harold Saskrfort Pokatong. 

Ibu dubes menjawab keingintahuan direktur IO UPGRIS Dr. Nur Hidayat tentang mengapa presiden Peru lulusan SD. Ternyata pengalaman rakyat dengan presiden sebelumnya dan kepercayaan rakyat pada anak negeri membuat pengangkatan  Pedro Castilo menjadi Peru 1 sebagai satu hal yang luar biasa. 

Pesannya "Jangan menjadi miskin di negeri kaya" tentu saja menjadikan tokoh masyarakat itu semakin dipuja rakyatnya. Peru memang kaya akan hasil ikan dan buah-buahan seperti alpokat yang dikirim ke Eropa seperti Jerman dan hal lainnya. Selain itu, Indonesia boleh berbangga hati karena perdagangan dengan Peru surplus.

Tempat wisata Peru dan Bolivia juga sangat menarik. Ibu dubes berharap bahwa perjuangan diplomasi bebas visa bisa terwujud di masa yang akan datang. 

Ini akan jadi angin segar bagi kita traveler yang suka keliling dunia tapi paling sebel kalau ribet soal visa. Selama ini jika melamar visa, pemegang paspor hijau boleh mendapatkan 2 bulan visa. Sebaliknya, orang Peru akan mendapatkan 1 bulan visa.

Satu lagi inspirasi dari ibu dubes bahwa kita harus semakin meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Jangan langsung gaya karena bisa lancar berbahasa Inggris saja. Setidaknya 1-3 bahasa asing lain harus bisa dikuasai untuk go international dan menaklukkan dunia. Peru misalnya, menggunakan bahasa Spanyol. 

Tidak banyak orang yang berbahasa Inggris di sana. Jika saja kita bisa berbahasa Spanyol, tak hanya bisa memasuki pasar negeri Machu Picchu ini tapi juga negara lain yang menggunakan bahasa yang sama.

Baik. Dari Amerika Latin, kita akan bertolak ke Eropa. Konsul Jendral Konsulat Jendral Republik Indonesia di Frankfurt, Jerman, bapak Acep Somantri sudah siap untuk menjelaskan situasi pandemi di wilayah kerja beliau yang terdiri dari 6 wilayah, yakni Baden-Wuerttemberg, Bayern, Hessen, Nordrhein Westfalen, Rheinland-Pfalz dan Saarland. 

Selain itu, karena KJRI berkedudukan di Frankfurt yang notabene adalah area bandara terpenting di dunia, beliau akan menceritakan sedikit wisata Frankfurt. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline