Lihat ke Halaman Asli

Kornelius Ginting

Lelaki Biasa

Harapan terhadap Film Karya Anak Bangsa Sendiri

Diperbarui: 12 Agustus 2019   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber pixabay.com

Film adalah sebuah hiburan tersendiri bagi para penikmatnya masing-masing. Ada yang suka dengan film layar kaca yang lazim disebut layar tv, biasanya film yang ditayangkan seperti sinetron dan sejenisnya atau ada juga penikmat layar lebar seperti yang terbiasa menyaksikan dalam studio besar sebut saja Cinemaxx, XXI dan sejenisnya. 

Bahkan sebelum ada layar besar seperti saat ini, masih segar dalam ingatan, kami sekeluarga berkumpul dengan ratusan keluarga lainnya di sebuah tanah lapang, menyaksikan layar lebar sederhana yang terbuat dari bentangan kain alakadarnya, waktu itu namanya layar tancap. 

Yang pernah ngalamin masa indah itu pastinya kalian sudah tidak muda lagi. Saya sangsi apakah generasi sekarang kenal dengan yang namanya layar tancap.

Dan film sedari dulu sudah menjadi sebuah industri hiburan yang harus diperhitungkan. Kekuatan film mampu menghipnotis, bayangkan, meskipun filmnya sudah diputar dua hari yang lalu, ceritanya tidak akan pernah habis untuk terus diceritakan. Bahkan sebagian rela untuk menyaksikan film yang sama lebih dari satu kali.

Sempat bertukar pikiran dengan teman, dan membandingkan kekuatan film saat ini dengan masa kami dahulu. Oh iya, sumber rujukan fim Indonesia saya ambil dari Wikipedia (karena ini sejalan dengan pemikiran teman yang menyatakan lebih baik pada zamannya ketimbang sekarang) Film Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai studio lokal. 

Film-film yang terkenal antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih ada beberapa lainnya. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady dan Desy Ratnasari.

Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih rutin diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan perfilm-an. Tetapi dengan masuknya  film dari Hollywood dan Hongkong, sedikit demi sedikit namun pasti menggerus perfilm-an Nasional. 

Persis sekitaran tahun 90-an industri film lokal mengalami kemunduran, film kita sudah tidak mampu berjaya di rumah sendiri.

Hal tersebut berlangsung hingga mucul abad baru dengan hadirnya film ringan menghibur dan sedikit diluar kebiasaan (pada waktu itu) dengan menggabungkan film dan dunia music, film Petualangan Sherina yang diperankan manis oleh Sherina Munaf sendiri, penyanyi cilik penuh bakat. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak tapi yang menyaksikan tidak hanya anak-anak saja, semua antusias pada zaman itu. Orang yang berada di belakang layar yaitu Riri Riza dan Mira Lesmana, mereka mampu  membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilm-an Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.

https://www.enca.com

Lalu bagaimana dengan saat ini?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline